Dera Ismail Khan, Pakistan (ANTARA News) - Taliban Pakistan secara resmi mengakhiri gencatan senjata 40 hari namun masih tetap terbuka untuk perundingan dengan pemerintah, kata seorang juru bicara, Rabu.

Shahidullah Shahid mengatakan, gerilyawan tidak memperpanjang gencatan senjata yang dimulai pada 1 Maret, karena pemerintah terus melakukan penangkapan dan membunuh lebih dari 50 orang yang terkait dengan mereka.

"Meski demikian, pembicaraan akan terus berlangsung dengan sungguh-sungguh dan jika ada kemajuan jelas dari pihak pemerintah, maka (Taliban) tidak akan ragu-ragu untuk mengambil langkah serius," kata Shahid dalam sebuah pernyataan yang dilansir Reuters.

Pembicaraan perdamaian antara Taliban dan pemerintah Pakistan dimulai pada Februari, namun babak pertama berakhir dalam kekerasan.

Pemerintah membebaskan tahanan non-tempur tingkat rendah, namun Taliban menuntut pembebasan ratusan orang dan militer ditarik dari daerah-daerah suku yang berbatasan dengan Afghanistan.

Taliban telah meminta pemerintah agar membebaskan 300 orang yang dipenjara, yang mencakup wanita, anak-anak dan pria yang menurut mereka bukan gerilyawan.

Pengumuman mengenai negosiasi dengan Taliban pada Februari disampaikan pada masa ketika banyak orang mengharapkan ofensif militer penuh di Waziristan Utara, salah satu dari tujuh daerah di kawasan suku semi-otonomi Pakistan, dimana Taliban dan militan terkait Al Qaida memiliki pangkalan-pangkalan yang digunakan untuk merencanakan serangan di Afghanistan.

Pakistan dilanda serangan-serangan bom bunuh diri dan penembakan yang menewaskan lebih dari 5.200 orang sejak pasukan pemerintah menyerbu sebuah masjid yang menjadi tempat persembunyian militan di Islamabad pada Juli 2007.

Kekerasan sektarian meningkat sejak gerilyawan Sunni memperdalam hubungan dengan militan Al Qaida dan Taliban setelah Pakistan bergabung dalam operasi pimpinan AS untuk menumpas militansi setelah serangan-serangan 11 September 2001 di AS.

Pakistan juga mendapat tekanan internasional yang meningkat agar menumpas kelompok militan di wilayah baratlaut dan zona suku di tengah meningkatnya serangan-serangan lintas-batas gerilyawan terhadap pasukan internasional di Afghanistan.

Para pejabat AS mengobarkan perang dengan pesawat tak berawak terhadap para komandan Taliban dan Al Qaida di kawasan suku baratlaut, dimana militan bersembunyi di daerah pegunungan yang berada di luar kendali langsung pemerintah Pakistan.

Pasukan Amerika menyatakan, daerah perbatasan itu digunakan kelompok militan sebagai tempat untuk melakukan pelatihan, penyusunan kembali kekuatan dan peluncuran serangan terhadap pasukan koalisi di Afghanistan.

Islamabad mendesak AS mengakhiri serangan-serangan pesawat tak berawak, sementara Washington menuntut Pakistan mengambil tindakan menentukan untuk menumpas jaringan teror.

Sentimen anti-AS tinggi di Pakistan, dan perang terhadap militansi yang dilakukan AS tidak populer di Pakistan karena persepsi bahwa banyak warga sipil tewas akibat serangan pesawat tak berawak yang ditujukan pada militan di sepanjang perbatasan dengan Afghanistan dan penduduk merasa bahwa itu merupakan pelanggaran atas kedaulatan Pakistan.

Pesawat-pesawat tak berawak AS melancarkan puluhan serangan di kawasan suku Pakistan sejak pasukan komando AS membunuh pemimpin Al Qaida Osama bin Laden dalam operasi rahasia di kota Abbottabad, Pakistan, pada 2 Mei 2011.

(Uu.M014)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014