Jakarta (ANTARA News) - Ibadah Jumat Agung atau wafatnya Isa Al Masih sejatinya dijalani dengan khidmat, namun kecelakaan kapal di Larantuka, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, Jumat siang, membuat sebagian umat di wilayah ini beribadah dengan diliputi kesedihan.

Kapolres Flores Timur AKBP Dewa Putu Gede Artha mengatakan, hingga pukul 16.15 WITA, tercatat tujuh korban meninggal dalam musibah tenggelamnya perahu nelayan saat prosesi mengenang naiknya Sang Juru Selamat, sementara 21 orang lainnya dirawat intensif di RSUD Larantuka, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur.

Artha mengatakan, hasil penyisiran anggota Polres setempat dibantu warga dan peziarah menemukan 29 orang dan pencarian masih terus dilanjutkan ke wilayah perairan sekitar TKP.

Musibah itu bermula saat perahu nelayan Bhakti NB 74 datang dari Lewolere untuk menjemput Patung Tuan Meninu dari Pantai Rewindo menuju Kota Larantuka. Saat hendak ke Kotasau perahu oleng hingga akhirnya tenggelam.

"Saat itu arus dan gelombang laut cukup tinggi dan diperkirakan mencapai tiga meter saat prosesi menjemput Patung Tuan Meninu dari Pantai Rewindo menuju Kota Larantuka sedang berlangsung sehingga musibah pun sulit dihindari," katanya.

Prosesi Semana Santa atau Jumat Agung di Larantuka memang berbeda dari perayaan serupa di tempat lain. Kota Reinha ini adalah pusat pengembangan agama Katolik di wilayah timur tanah air, khususnya NTT.

Sejak 500 tahun lalu, peringatan Jumat Agung digelar dengan mengarak Arca Yesus (Tuan Meninu) lewat laut berarus ganas dari Kota Rewindo menuju Pante Kuce di depan istana Raja Larantuka.

Sore harinya, patung Bunda Maria (Tuan Ma) diarak dari kapela menuju Gereja Katedral di jantung Kota Larantuka. Kedua patung kemudian kembali diarak mengelilingi Kota Larantuka melalui delapan kali perhentian atau armida.

Urutan armida itu menggambarkan seluruh kehidupan Yesus Kristus mulai dari ke Allah-Nya (Missericordia), kehidupan manusia-Nya dari masa bayi (Tuan Meninu), masa remaja (St Philipus) hingga masa penderitaan.

Prosesi panjang ini bahkan biasanya berlangsung hingga larut malam dan melibatkan ribuan umat dari seluruh wilayah di NTT, termasuk wisatawan.

Khidmat

Berbeda dari Larantuka, Jumat Agung di sejumlah daerah dilaksanakan dengan khidmat.

Di Katedral, Jakarta, puncak peringatan Jumat Agung berlangsung pada pukul 12.00 WIB, bertepatan dengan waktu salah Jumat di Masjid Istiqlal tepat di seberang gereja.

123 petugas keamanan dari Polsek Sawah Besar, Polda Metro Jaya, dan Satpol PP menjaga pelaksanaan ibadah di gereja Katolik terbesar di Jakarta itu.

Tema prapaskah sesuai dengan ketentuan Keuskupan Agung Jakarta adalah Tahun Pelayanan yang adalah ajakan bagi Umat Katolik untuk semakin menyadari tugas pelayanan baik yang dilakukan sendiri atau keluarga, komunitas, lingkungan, dan lainnya.

"Tema ini dipilih untuk melayani juga berkaitan dengan rentetan bencana berupa banjir, tanah longsor, gempa bumi, letusan gunung berapi yang bertubi-tubi ketika memasuki prapaskah 2014," kata Juru Bicara Gereja Katedral Robert.

Di Pangkalpinang, Bangka Belitung, ribuan umat Katolik dan Protestan melaksanakan Misa Jumat Agung yang ditandai ritual mencium salib Yesus sebagai penghormatan dan ungkapan kasih.

Misa Jumat Agung jemaat Katolik dipusatkan di Gereja Katedral St. Yosef Pangkalpinang, sedangkan untuk jemaat Kristen Protestan dilaksanakan di beberapa gereja di daerah itu.

Semua berlangsung khidmat dan aman di bawah penjagaan ketat polisi dan Satpol Pamong Praja serta TNI.

Di geereja-gereja di Timika, Papua, jemaat Katolik dan Protestan memadati gereja demi mengikuti perayaan Jumat Agung.

Pejabat Bupati Mimika Ausilius You meminta dukungan semua komponen masyarakat untuk membantu menjaga keamanan selama Paskah ini.

"Melalui perayaan Paskah tahun ini umat Kristiani terus diingatkan untuk mengikuti jejak Yesus Kristus," pesan Ausilius.

Perayaan Jumat Agung di Gereja Bethel, Bandar Lampung, juga berlangsung khidmat dan tertib. Sekitar 2.000 jemaat memadati gereja untuk mengikuti kebaktian yang digelar tiga kali pada hari itu.

Oleh Ade irma Junida
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2014