Jakarta (ANTARA News) - PT Pertamina (Persero) memperkirakan impor elpiji pada 2014 bakal mencapai 3,6 juta ton atau meningkat sekitar 10 persen dibandingkan 2013 sebesar 3,3 juta ton.

Wakil Presiden Gas Domestik Pertamina Gigih Wahyu Hari Irianto di Jakarta, Senin mengatakan, pada 2014, kebutuhan elpiji diperkirakan mencapai 6,1-6,2 juta ton.

"Dari angka tersebut, diperkirakan 60 persen dipenuhi dari impor," katanya.

Kebutuhan 6,1-6,2 juta ton tersebut terdiri atas subsidi 4,8-4,9 juta ton dan sisanya nonsubsidi.

Pada 2013, konsumsi elpiji sebesar 5,7 juta ton yang terdiri dari 4,4 juta ton subsidi dan 1,3 juta ton nonsubsidi.

Menurut Gigih, produksi elpiji dalam negeri tidak berubah, sehingga pasokan impor bakal bertambah untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat 7-10 persen.

"Dengan kondisi impor yang makin meningkat tersebut, kita mesti kelola elpiji ini, apakah pemerintah memberikan subsidi penuh atau pemerintah dan Pertamina, itu pilihan," katanya.

Pertamina, lanjutnya, akan membangun infrastruktur lebih banyak agar biaya pokok menjadi lebih rendah.

Gigih menambahkan, pasokan impor elpiji terdiri atas kontrak jangka panjang dengan harga yang lebih rendah dan sewaktu-waktu (spot) yang cenderung tinggi.

Ia mengatakan, kontrak "spot" tidak terhindari dikarenakan keterbatasan infrastruktur.

"Stok elpiji banyak di floating storage, sehingga rentan terhadap cuaca buruk. Akibatnya, kita mesti impor (spot)," katanya.

(K007/B012)

Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014