Kami memiliki indikasi penggunaan bahan kimia industri beracun, mungkin klorin
Washington (ANTARA News) - Amerika Serikat, Senin, mengatakan ada indikasi terjadinya serangan senjata kimia di Suriah bulan ini, yang mungkin dilakukan oleh rezim, beberapa pekan sebelum pengumuman pemilihan umum presiden yang ditetapkan pada 3 Juni.

"Kami memiliki indikasi penggunaan bahan kimia industri beracun, mungkin klorin, di Suriah bulan ini, di desa yang didominasi oleh kelompok oposisi dari Kafr Zita," kata juru bicara Gedung Putih Jay Carney, seperti dilaporkan AFP.

"Kami sedang memeriksa tuduhan bahwa pemerintah bertanggung jawab," ujarnya

Pengungkapan itu menyusul sebuah pengumuman oleh Presiden Prancis Francois Hollande pada Minggu bahwa negaranya memiliki " informasi" tapi tidak memiliki bukti bahwa rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad masih menggunakan senjata kimia.

Ada hal-hal yang bertentangan terkait satu serangan yang terjadi di Kafr Zita di provinsi Hama tengah pada bulan April, dengan kedua belah pihak, baik pemerintah dan oposisi, saling menuduh satu sama lain.

Departemen Luar Negeri juga menunjukkan indikasi serangan kimia itu.

"Jelas perlu ada penyelidikan tentang apa yang terjadi di sini. Kami bekerja dengan mitra kami untuk menentukan fakta-fakta di lapangan, " kata juru bicara Departemen Luar Negeri Jen Psaki.

Tuduhan baru itu muncul saat Organisasi untuk Pelarangan Senjata Kimia dan para ahli lainnya bekerja guna menghapus cadangan kimia rezim Bashar, menyusul kesepakatan yang dicapai setelah serangan kimia mematikan di luar Damaskus Agustus lalu bahwa Barat menyalahkan rezim Bashar.

OPCW mengatakan pekan lalu bahwa 65 persen dari senjata kimia Suriah telah dipindahkan dari negara itu.

Senjata kimia yang paling berbahaya sedang dipindahkan ke kapal Angkatan Laut Amerika Serikat yang khusus dilengkapi dengan peralatan untuk menghancurkan bahan kimia di laut.

Sementara itu, Bashar mengumumkan, Senin, bahwa Suriah akan mengadakan pemilihan umum presiden pada 3 Juni meskipun perang saudara brutal yang telah menewaskan 150 ribu orang sejak Maret 2011 masih berlangsung.

Langkah ini diperkirakan akan mengembalikan Bashar ke tampuk kekuasaan tapi Washington mengecamnya sebagai "parodi demokrasi."

"Dia membuat olok-olok dari tuntutan untuk menjadi pemimpin yang dipilih secara demokratis," kata Carney.

"Sebuah referendum presiden , itulah yang akan terjadi, adalah parodi demokrasi dan tidak akan memiliki kredibilitas atau legitimasi di dalam Suriah atau di luar Suriah."

Psaki mengatakan pemilihan umum tidak akan berarti apapun di tengah-tengah kehancuran tersebut.

"Pelaksanaan pemilihan umum dalam kondisi saat ini , termasuk hilangnya hak jutaan rakyat Suriah , tidak akan menyalurkan aspirasi rakyat Suriah ataupun membuatnya negara bergerak lebih dekat ke solusi negosiasi politik," katanya kepada wartawan.

(G003)


Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014