Saya memilih jalan damai dengan para plagiat saya...
Jakarta (ANTARA News) - Perancang busana Anne Avantie tidak peduli karyanya sering ditiru oleh orang lain.

"Saya memilih jalan damai dengan para plagiat saya. Saya tidak peduli banyak yang menjiplak karya saya," kata Anne di sela acara Penganugerahan Kartini Next Generation Award 2014 di Jakarta, Selasa.

Perancang busana asal Semarang yang karyanya sudah menembus pasar internasional itu sering mendapat anjuran untuk mematenkan rancangan busananya sepanjang 25 tahun ia berkarya.

Namun ibu dari tiga anak bersanggul khas itu memilih tidak melakukannya.

"Saya melihat banyak orang Indonesia yang berjuang untuk meyakinkan atau ingin mempertahankan bahwa ini adalah aku, ini adalah milikku, ini karyaku dengan orisionalitasnya adalah sia-sia. Justru dengan berdamai saya bisa menginspirasikan orang lain. Tidak perlu klaim ini karyaku," jelasnya.

"Kalau saya patenkan karya saya, bisa-bisa saya setiap hari di kantor polisi karena dari Sabang sampai Merauke ada saja yang menjiplak karya saya," tambahnya.

Anne, yang dikenal dengan rancangan koleksi kebayanya, menuturkan memperoleh kemampuan merancang busana secara autodidak.

Dengan pendidikan terakhir sekolah menengah pertama, Anne mengaku memulai kariernya dari bawah.

"Saya menggerakan roda industri tetap dari Semarang. Saya juga menerima tukang jahit, tukang payet tanpa harus ada ijazah karena bagi saya karier fesyen seseorang tidak bisa ditutup dengan sebuah kertas (ijazah)," ujarnya.

Kini, meskipun namanya telah mendunia ia tetap memilih tinggal di tempat asalnya di Semarang, Jawa Tengah, dan bolak balik Jakarta menggunakan kereta api karena mengaku takut naik pesawat.

Selain handal merancang busana, Anne juga menjadi aktivis sosial. Ia membangun rumah singgah Wisma Kasih Bunda tahun 2002 bekerja sama dengan Rumah Sakit St. Elizabeth.


Pewarta: Monalisa
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014