Jakarta (ANTARA News) - Wakil Menteri Agama (Wamenag) Nasaruddin Umar menyatakan, Indonesia setiap tahun membutuhkan Al-Quran sebanyak dua juta dan kebutuhan yang demikian besar itu hingga kini belum juga dapat terpenuhi.

Tingkat kerusakan sebuah buku, bergantung pada perawatan dan seringnya digunakan. Semakin sering dibaca, potensi sebuah buku akan rusak atau sobek akan semakin besar. Demikian halnya dengan Al-Quran, kata Nasaruddin Umar saat menerima perwakilan Komunitas One Day One Juz (ODOJ) di ruang kerjanya, Jakarta, Rabu (23/02).

Sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, wajar jika kebutuhan Al-Quran di Indonesia sangat besar. Setidaknya dibutuhkan tidak kurang dari dua juta Al-Quran dalam setiap tahunnya.

Tingkat kebutuhan Al-Quran di Indonesia belum terpenuhi. Tidak ada buku atau produk cetakan yang bisa mengimbangi jumlah pencetakan Al-Quran, tegasnya.

"Bahkan, di Amerika, best seller-nya adalah Al-Quran," ia mengatakan.

ODOJ adalah komunitas yang bertujuan mengakrabkan umat Islam kepada Al-Quran dengan merutinkan tilawah satu juz per hari, dengan memanfaatkan teknologi informasi. Sekarang ini, komunitas ODOJ tercatat mempunyai anggota mencapai 92.000 orang yang tersebar di seluruh Indonesia, Australia, Hongkong, Qatar, USA, Jepang, Jerman, Turki, dan Singapura.

Setiap anggota ODOJ dikelompokkan dalam satu grup blackberry messenger (BBM) atau whatsapp messenger (WA) yang beranggotakan 30 orang. Dengan begitu, setiap hari mereka bisa berbagi juz antar anggota grup masing-masing untuk menghatamkan Al-Quran.

Tingkat kerusakan sebuah buku, bergantung pada sejauh mana keterpakaiannya. Semakin sering dibaca, potensi sebuah buku akan rusak atau sobek akan semakin besar, ia menegaskan lagi.

"Buku yang tidak dibaca itu tidak robek. Tapi buku yang robek adalah buku yang sering dibaca. Al-Quran banyak dibaca," terang Wamenag.

Dikatakan Wamenag, kebutuhan Al-Quran di Indonesia sangat tinggi karena banyak dibaca. Semakin sering dibaca, semakin banyak cetakan Al-Quran yang rusak, apakah karena sobek atau sebab lainnya.

"Perlu Al-Quran banyak karena semakin sering dibaca, tingkat kerusakan cetakan Al-Quran juga semakin tinggi. Itu yang membuat kita butuh Al-Quran 2 juta per tahun," kata Wamenag.

"Demikian juga dengan Al-Quran terjemahan. Sekarang ini seperti pisang goreng dijual di toko buku," imbuhnya sembari menambahkan bahwa dalam event Islamic Book Fair, buku yang paling digemari adalah Al-Quran.

Wamenag menyambut baik dan mengapresiasi inisiatif komunitas ODOJ. Wamenag menyarankan agar aplikasi yang dibuat tidak terbatas pada BBM dan WA, tetapi juga bisa memudahkan semua pengguna handphone.

Produk ini juga harus bisa masuk pada seluruh lapisan masyarakat, dari yang paling bawah sampai yang paling atas, bahkan sampai Presiden, saran Wamenag.

"Al-Quran itu bisa memberikan kepuasan bagi masyarakat bawah, dan pada saat yang sama juga bisa memberi kepuasan pada masyarakat tingkat khawasul-khawash," pungkasnya.

Oleh perwakilan ODOJ, Wamenag didaulat menjadi penasihat dan diharapkan kehadirannya pada launching ODOJ yang rencananya akan dilaksanakan pada awal Mei 2014 di Masjid Istiqlal.

Pewarta: Edy Supriatna Sjafei
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2014