Namun, sayangnya sudah berjalan beberapa kali pemilihan presiden, beberapa parpol Islam justru berkolaborasi dengan partai Nasionalis yang menyebabkan calon yang diusung tidak bisa memperjuangkan kaidah Islam di tengah masyarakat Indonesia,"
Sungai Raya, Kalbar (ANTARA News) - Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Hasyim Muzadi mengharapkan menjelang pelaksanaan pilpres yang akan berlangsung pada Juli mendatang, seluruh parpol yang bernapaskan Islam bisa bersatu memenangkan calon presiden yang benar-benar memiliki kredibilitas dan integritas sesuai dengan kaidah Islam.

"Namun, sayangnya sudah berjalan beberapa kali pemilihan presiden, beberapa parpol Islam justru berkolaborasi dengan partai Nasionalis yang menyebabkan calon yang diusung tidak bisa memperjuangkan kaidah Islam di tengah masyarakat Indonesia," katanya saat menutup kegiatan Sarasehan Nasional Ulama Pesantren dan Cendikiawan di Pondok Pesantren Darul Ulum, Sungai Raya, Kebupaten Kubu Raya, Rabu.

Dia menyatakan, banyak faktor yang menyebabkan parpol Islam sulit untuk bersatu. Menurutnya, salah satu kendala sulit parpol Islam bersatu adalah soal moral politik yang belum sampai pada moral politik pemimpin.

Selain itu, mental parpol Islam selama ini belum bisa menjadi pemimpin.

"Jadi mereka lebih suka nempel-nempel ke orang. Jadi tak punya nyali," katanya.

Selain itu, tambahnya, parpol yang selama ini membawa simbol Islam sudah tak murni diisi oleh umat Islam. Contohnya Partai Kebangkitan Bangsa dan Partai Keadilan Sejahtera.

"Contohnya, di PKB sudah banyak kader yang non-Islam, di PAN, PKS juga demikian. Ini menunjukkan parpol yang awalnya bernapaskan Islam justru tidak percaya diri dan risih dengan bendera Islam yang dibawanya," tuturnya.

Yang ketiga lanjutnya, belum optimalnya setiap kader parpol yang ada untuk mengusung bendera Islam, mengakibatkan parpol itu kehilangan arah.

Dalam pandangannya, sekarang ini sudah tak perlu mendikotomikan simbol parpol Islam dan parpol nasionalis. Karena tokoh partai Islam juga berpikiran nasionalis. Begitu pula sebaliknya.

"Yang terpenting sekarang adalah bagaimana mentransformasikan konsep keislaman dan nasionalisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Jadi yang diperlukan adalah optimalisasi nilai agama dan optimalisasi keluhuran rasa nasionalisme, karena kalau dalam parpol itu sendiri saja sudah kehilangan arah, jelas keluarnya juga akan kehilangan arah," katanya.

Menurutnya, banyak masalah yang membuat harapan itu menjadi kecil terwujud. Padahal jika bisa bersatu, partai politik Islam bisa lebih leluasa dan maksimal mengatur negara.

"Seharusnya, parpol Islam melakukan koalisi agar bisa mengatur sendiri dan mengatur negara secara luas. Itu seharusnya, tapi rasanya sulit terwujud," kata Hasyim. (*)

Pewarta: Rendra Oxtora
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014