PBB (ANTARA News) - Ledakan bom menghantam sebuah kendaraan PBB di Mali utara, Rabu, mencederai seorang prajurit penjaga perdamaian asal Guinea, selama kunjungan tamu asing PBB, kata seorang pejabat.

Bom rakitan itu meledak sekitar pukul 11.30 GMT (pukul 18.30 WIB), sedikitnya 400 meter dari landasan udara Kidal, kata kepala misi PBB di Mali, Albert Koenders, lapor AFP.

"Laporan-laporan awal menunjukkan bahwa prajurit penjaga perdamaian itu, yang berada di sebuah kendaraan yang dihantam ledakan tersebut, mengalami kerusakan parah kendaraan dan kini ia berada di rumah sakit," katanya kepada wartawan di New York.

Koenders mengatakan bahwa deputinya, para duta besar dari Jerman dan Denmark, serta seorang utusan dari Kanada melakukan kunjungan resmi pada saat serangan itu namun tidak di daerah tersebut.

Belum ada klaim tanggung jawab segera mengenai pemboman itu. Koenders memperingatkan mengenai peningkatan jumlah serangan bom rakitan oleh kelompok militan di negara Afrika barat itu.

Prancis, yang bekerja sama dengan militer Mali, pada 11 Januari 2013 meluncurkan operasi ketika militan mengancam maju ke ibu kota Mali, Bamako, setelah keraguan berbulan-bulan mengenai pasukan intervensi Afrika untuk membantu mengusir kelompok garis keras dari wilayah utara.

Pasukan Prancis menurunkan jumlah pasukannya di Mali dari sekitar 5.000 pada puncaknya menjadi 1.000 hingga melampaui musim semi.

Pasukan penjaga perdamaian PBB mengambil alih keamanan pada Juli tahun lalu dari misi militer Afrika yang mendukung pasukan Prancis.

Mali, yang pernah menjadi salah satu negara demokrasi yang stabil di Afrika, mengalami ketidakpastian setelah kudeta militer pada Maret 2012 menggulingkan pemerintah Presiden Amadou Toumani Toure.

Masyarakat internasional khawatir negara itu akan menjadi sarang baru teroris dan mereka mendukung upaya Afrika untuk campur tangan secara militer.

Kelompok garis keras, yang kata para ahli bertindak di bawah payung Al Qaida di Maghribi Islam (AQIM), menguasai kawasan Mali utara, yang luasnya lebih besar daripada Prancis, sejak April tahun lalu.

Pemberontak suku pada pertengahan Januari 2012 meluncurkan lagi perang puluhan tahun bagi kemerdekaan Tuareg di wilayah utara yang mereka klaim sebagai negeri mereka, yang diperkuat oleh gerilyawan bersenjata berat yang baru kembali dari Libya. Namun, perjuangan mereka kemudian dibajak oleh kelompok-kelompok muslim garis keras.

Kudeta pasukan yang tidak puas pada Maret 2012 dimaksudkan untuk memberi militer lebih banyak wewenang guna menumpas pemberontakan di wilayah utara, namun hal itu malah menjadi bumerang dan pemberontak menguasai tiga kota utama di Mali utara dalam waktu tiga hari saja.


Penerjemah: Memet Suratmadi

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014