Jakarta (ANTARA News) - PT PLN (Persero) memutuskan untuk mempercepat tiga proyek pembangkit listrik tenaga gas-uap (PLTGU) sebagai antisipasi mundurnya pembangunan PLTU Batang, Jateng yang mengancam ketersediaan listrik di Jawa-Bali pada 2017-2018.

Direktur Perencanaan dan Afiliasi PLN Murtaqi Syamsuddin di Jakarta, Jumat mengatakan, ketiga oroyek PLTGU berbahan bakar gas tersebut adalah Muara Karang (Jakarta Utara), Tanjung Priok (Jakarta Utara), dan Grati (Jawa Timur).

"Kami putuskan untuk mempercepat pembangunan ketiga PLTGU yang sebelumnya direncanakan 2017-2018," katanya.

Menurut dia, pertimbangan mempercepat ketiga PLTGU itu adalah berbahan bakar gas yang lebih cepat dibandingkan PLTU yang memakai batu bara.

"Proyek PLTGU ini bisa 2,5 tahun, sementara PLTU bisa lima tahun," katanya.

Alasan lain adalah lokasi ketiga proyek telah tersedia yakni berdekatan dengan PLTGU yang sudah beroperasi.

Saat ini, ketiga proyek yang masuk Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN periode 2013-2022 tersebut sudah dalam proses pembangunan.

"Sudah masuk RUPTL, cuma dipercepat. PLTGU Grati sedang proses pengadaan, Muara Karang, desainnya akan segera dirilis, dan Tanjung Priok lagi dipersiapkan," ujarnya.

Murtaqi mengatakan, ketiga proyek akan dibangun PLN memakai skema export credit agency (ECA) tanpa jaminan pemerintah.

Ketiga PLTGU masing-masing berkapasitas 450 MW dengan biaya sekitar 450 juta dolar AS per pembangkit.

Meski demikian, lanjutnya, percepatan proyek tersebut tergantung kondisi neraca keuangan PLN.

"Tergantung internal cashflow juga, apakah kapasitas berutang PLN masih cukup atau tidak," ujarnya.

Oleh karena itu, lanjutnya, besaran marjin yang cukup diperlukan untuk menjaga arus kas (cashflow), sehingga tetap bisa berekspansi.

"Marjin itu penting untuk mempertahankan internal kas PLN, sehingga punya kapasitas untuk berhutang," katanya.

Menurut Murtaqi, marjin PLN sebesar tujuh persen belum cukup sesuai kebutuhan.

"Dengan marjin tujuh persen, maka capex (capital expenditure) PLN hanya sekitar Rp50 triliun. Sementara, kebutuhan capex ideal di atas Rp50 triliun dan bahkan sampai Rp80-100 triliun," katanya.

PLTU Batang berbagan bakar batubara berkapasitas 2x1.000 MW bakal mundur dari rencana 2017-2018 menyusul kendala pembebasan lahan, sehingga mengancam pasokan listrik di Jawa pada 2017-2018.


Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014