Istanbul (ANTARA News) - Sebuah kelompok bersenjata Kurdi menculik dua prajurit Turki di wilayah tenggara negara itu, kata Kantor Berita Anatolia, Minggu.

Penculikan itu berlangsung Sabtu larut malam, setelah pemimpin kelompok terlarang PKK yang dipenjara mengeluarkan sebuah pernyataan yang memperingatkan kemungkinan kembalinya kekerasan.

Namun, tidak jelas apakah penculik terkait dengan PKK, yang mengumumkan gencatan senjata dengan pemerintah Turki pada Maret lalu.

Anatolia mengatakan, penculik menangkap prajurit-prajurit itu setelah menghentikan sebuah bis di jalan raya dekat kota Lice yang diblokade oleh pemrotes Kurdi yang menentang pembangunan sebuah pos militer.

Menurut Kantor Berita Firat, corong Partai Buruh Kurdistan (PKK), kelompok itu menyatakan tidak akan membebaskan prajurit-prajurit tersebut sampai pihak berwenang mengumumkan penghentian pembangunan pos militer itu.

Sebuah operasi dilakukan untuk menemukan kedua prajuri itu, kata Anatolia. PKK menculik prajurit-prajurit Turki di masa silam selama pemberontakan untuk mengupakan pemerintahan sendiri di wilayah tenggara.

Proses perdamaian di Turki macet pada September setelah gerilyawan Kurdi mengumumkan menghentikan penarikan mereka dari wilayah Turki karena pemerintah dianggap gagal melaksanakan reformasi yang dijanjikan.

Kekerasan yang menewaskan dan mencederai sejumlah orang terjadi pada Desember setelah masa tenang beberapa bulan antara pihak berwenang Turki dan PKK, yang mengumumkan gencatan senjata pada Maret 2013 setelah negosiasi rahasia dengan badan intelijen.

Kerusuhan itu disulut oleh tuduhan bahwa pemakaman gerilyawan Kurdi telah dihancurkan, namun pihak berwenang Turki membantahnya.

Pemimpin PKK yang dipenjara, Abdullah Ocalan, mengatakan, insiden itu merupakan provokasi yang bertujuan mengganggu proses perdamaian dan ia meminta masyarakat tenang.

Ocalan yang menjadi buronan ditangkap di Kenya pada 15 Februari 1999 dalam operasi rahasia Turki setelah ia diasingkan dari Suriah, dimana ia berpangkalan selama satu dasawarsa untuk mengatur dari jauh PKK.

Vonis awal hukuman mati terhadap Ocalan diubah menjadi hukuman penjara seumur hidup di sebuah penjara pulau di lepas pantai Istanbul sejak 2002.

Ocalan pada Maret 2013 mengumumkan gencatan senjata bersejarah dengan pemerintah Turki. Sebagai bagian dari gencatan senjata itu, PKK setuju menarik sekitar 2.000 gerilyawannya dari Turki ke pangkalan-pangkalan di Irak utara.

Sebagai imbalannya, mereka meminta hak-hak konstitusional lebih besar bagi penduduk Kurdi yang berjumlah 15 juta orang di Turki.

Namun, proses perdamaian itu diguncang oleh kematian seorang pemuda Kurdi selama protes anti-pemerintah di daerah tenggara yang berpenduduk Kurdi pada Juni.

Turki, Uni Eropa dan AS menganggap Partai Buruh Kurdistan (PKK) sebagai sebuah organisasi teroris.

Militer Turki melancarkan serangan-serangan udara dan operasi darat terbatas ke Irak utara sejak Agustus 2011 menyusul gelombang serangan gerilyawan PKK, setelah macetnya gencatan senjata sebelumnya.

PKK melancarkan serangan-serangan dari tempat persembunyian mereka di kawasan pegunungan terpencil Irak sebagai bagian dari perang mereka untuk memperoleh hak dan otonomi lebih besar bagi penduduk Kurdi.

Lebih dari 40.000 orang tewas sejak PKK mengangkat senjata pada 1984, demikian AFP.
(M014)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014