Saya sudah minta supaya dibangun di Indonesia. Saya berkomunikasi dengan Terra Power. Selain Indonesia, mereka juga menjajaki untuk bangun di Tiongkok,"
Jakarta (ANTARA News) - Perusahaan pendesain reaktor nuklir Terra Power, yang dikembangkan pendiri Microsoft, Bill Gates, masih mempertimbangkan untuk membangun reaktor nuklir generasi terbaru di Indonesia melalui kerja sama dengan PT Batan Tekno.

"Saya sudah minta supaya dibangun di Indonesia. Saya berkomunikasi dengan Terra Power. Selain Indonesia, mereka juga menjajaki untuk bangun di Tiongkok," kata Direktur Utama PT Batan Tekno, Yudiutomo Imardjoko, di seminar "Indonesia Green Infrastructure Summit 2014", Jakarta, Selasa.

Reaktor nuklir generasi ke-empat itu menggunakan teknologi "Traveling Wave Reactor" yang dinilai Yudiutomo sangat mutakhir dengan daya listrik yang dihasilkan 500 megawatt per reaktor. Bahan bakar untuk mengoperasikan rekator ini, kata Yudiutomo, juga relatif cukup irit dengan penggantian yang berjangka waktu hingga 60 tahun.

Dari segi pengamanan, dia menjelaskan jika terjadi bencana di sekitar reaktor, terdapat sistem pendingin, sehingga dapat mengurangi resiko dampak negatif bagi manusia.

"Reaktor akan dingin sendiri. Jadi manusia tidak perlu terlibat langsung untuk melakukan pendinginan," ujarnya.

Jika Bill Gates dengan Terra Powernya merealisasikan pembangunan reaktor ini, kemungkinan besar lokasi yang dipilih adalah Pulau Kalimantan. Pasalnya, lima propinsi di Kalimantan telah mengalami peningkatan kebutuhan daya listrik seiring dengan pembangunan tempat pengolahan dan pemurnian (smelter) untuk industri.

Selain itu, lokasi di Kalimantan dianggap relatif cukup aman dari bencana alam seperti gempa bumi.

"Saya inginkan di Kalimantan. Di sana risiko gempa kecil, kemudian, dengan ada smelter maka kebutuhan (daya listrik) Dapay berlipat-lipat," ujarnya.

Namun, menurut Yudiutomo, faktor perizinan dan regulasi tentang nuklir diperkirakan membuat Terra Power lebih mengutamakan Tiongkok, dibanding Indonesia.

"Sekarang, bagaiamana regulasi dan izin nuklir di negeri ini. Di Tiongkok lebih mudah," ujarnya.(*)


Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014