Jakarta (ANTARA News) - Sejumlah buruh kembali bersiap menuju titik kumpul utama di Bundaran Hotel Indonesia Jakarta, Jumat, sebelum kemudian long march menuju Istana Merdeka untuk menggelar orasi.

Pada Kamis (1/5), sejumlah buruh juga telah melakukan unjuk rasa memperingati Hari Buruh Internasional (May Day).

"Kami akan memulai aksi dari Bundaran HI dan puncaknya merupakan orasi yang dilakukan di depan Istana," kata Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) Andi Gani Nena Wea.

Sementara itu, sejumlah buruh mulai mendatangi titik-titik strategis Jakarta untuk berunjuk rasa. Mereka berdatangan dari Jabodetabek dan luar kota menggunakan bus dan kendaraan pribadi.

Nampak beberapa rombongan buruh bergantian melintasi jalan ibu kota seperti di kawasan Patung Tugu Tani Cikini, Jalan Medan Merdeka Utara dan Jalan Haji Agus Salim.

Sebelumnya, Andi memberikan alasan sebagian buruh terutama dari KSPSI kembali berunjuk rasa pada 2 Mei, bukan sehari sebelumnya atau tepat pada peringatan May Day.

"Pada May Day, KSPSI melakukan bakti sosial, sedangkan pada 2 Mei kami baru turun ke jalan. Meski kami tidak bergabung dengan serikat pekerja yang lain untuk demonstrasi pada 1 Mei, kami tegaskan tidak ada perpecahan di antara kami," katanya.

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi menduga terdapat permainan politik dalam May Day tahun ini.

Dia beralasan permainan politik itu sangat mungkin terjadi terlebih May Day kali ini mendekati hari pemungutan suara Pilpres 2014.

"Ini kan tahun politik. Jadi unjuk rasa itu bukan murni memperjuangkan hak-hak buruh. Namun ada kepentingan politik yang menungganginya."

"Pada 1 Mei itu mereka harusnya senang-senang dan introspeksi (karena libur nasional). Saat pilpres kemudian buruh mendukung sejumlah calon presiden itu saya pikir mereka sudah mulai berubah haluan," kata dia.

Sebagaimana diberitakan, KSPI dan KSPSI memiliki padangan berbeda dalam mendukung bakal capres, yaitu antara Prabowo Subianto dan Joko Widodo.

Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014