Cianjur (ANTARA News) - Sejumlah para orang tua di Cianjur, Jawa Barat, mengkhawatirkan maraknya kasus pelecehan anak yang terjadi baik di lingkungan pendidikan maupun lingkungan rumah.

"Kondisinya sangat mengkhawatirkan, kami harus lebih ekstra dalam memberikan pengawasan pada anak ami baik dilingkungan sekolah atau rumah," kata Anita (32) salah seorang ibu rumah tangga warga Kelurahan Solokpandan, Senin.

Dia menuturkan, kekhawatiran para orangtua dikarenakan tingginya kasus pelecehan dan kekerasan pada anak justru terjadi dilingkungan pendidikan.

"Seharusnya kasus tersebut tidak harus terjadi dilingkungan pendidikan karena ini berdampak pada tingkat kepercayaan para orangtua dalam memilih sekolah," ucapnya.

Sementara itu, P2TP2A Istri Binangkit Cianjur mencatat ada sejumlah kasus yang masuk sepanjang tahun ini. Kasus pencabulan terhadap anak di bawah umur yang melibatkan orang terdekat korban sebagai pelaku semakin marak di Cianjur.

Ketua Bidang Hukum P2TP2A Istri Binangkit Cianjur, Lidya Umar menuturkan, banyak faktor pendorong terjadinya kasus kekerasan seksual terhadap anak tersebut.

Dia mencontohkan, seperti faktor kelainan seksual dalam diri pelaku hingga minimnya pemahaman korban dan orang-orang terdekatnya seperti orang tua korban terkait batasan-batasan kekerasan seksual tersebut.

"Kasus ini memang sangat rentan terjadi dan tidak terduga karena pelakunya banyak dari kalangan terdekat korban, seperti paman, sepupu bahkan ayah kandungnya sendiri seperti kasus yang sedang kita tangani ini. Ada anak yang dicabuli ayah kandungnya dalam rentang waktu yang lama," katanya.

Selain itu, ujar dia, lemahnya pengawasan orang tua terutama peran ibu menjadikan anak rentan menjadi korban kekerasan seksual. Korban perbuatan asusila, menurut dia tidak mengenal jenis kelamin.

"Anak laki-laki pun sekarang juga menjadi sasaran. Ini terkait kelainan seksual pada diri pelakunya, seperti fedofilia," ucapnya.

Selain harus ditingkatkan pengawasan terhadap anak, tambah dia, penyampaikan seks edukasi menurutnya harus mulai disampaikan sejak dini, sejak anak mengerti dan mulai memahami mengenai fungsi dari organ-organ seksual yang ada dalam dirinya.

"Berikan pemahaman mana anggota tubuh yang tidak boleh dipegang sembarangan oleh orang lain termasuk oleh kerabat keluarga sekalipun. Ini penting agar si anak bisa memproteksi dirinya sendiri," katanya.

(KR-FKR/Y003)

Pewarta: Ahmad Fikri
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014