Ternate (ANTARA News) - Pabrik pengolahan rumput laut bantuan Kementerian Perindustrian di Ternate, Maluku Utara kesulitan bahan baku untuk memaksimalkan produksi.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Ternate Ruslan mengatakan di Ternate, Selasa, pabrik pengolahan rumput laut yang dibangun dengan dana Rp10 miliar tersebut membutuhkan bahan baku rumput laut sedikitnya tiga ton per hari, namun yang bisa dipenuhi dari sentra produksi rumput laut hanya sekitar 30 persen.

Untuk mengatasi kesulitan bahan baku tersebut, pabrik yang dikelola oleh Pemkot Ternate melalui BUMD PT. Alga Bahari Berkesan tersebut terpaksa mendatangkan rumput laut dari luar Malut, seperti dari Maluku Tenggara dan Nusa Tenggara Timur (NTT).

Ruslan mengatakan, produksi rumput laut di sejumlah sentra pengembangan rumput laut di Malut seperti di Kabupaten Kepulauan Sula, Kabupaten Halmahera Selatan dan Kabupaten Pulau Morotai sebenarnya cukup banyak, namun produksi di daerah itu umumnya diantarpulaukan ke luar Malut, seperti ke Bitung, Sulawesi Utara dan Surabaya, Jawa Timur.

Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Ternate telah mengimbau kepada para pengusaha pengumpul rumput laut di semua kabupaten tersebut untuk memasarkan produksi rumput lautnya di Ternate, karena harga pembelian yang ditawarkan relatif sama dengan di Bitung atau Makassar dengan syarat memenuhi kualitas yang ditentukan.

"Kami juga mengharapkan kepada masyarakat di daerah lainnya di Malut, terutama yang memiliki potensi pengembangan budi daya rumput laut untuk mulai mengembangkan komoditas itu karena pabrik rumput laut di Terntae siap menampung berapa pun produksi mereka," katanya.

Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Ternate beberapa tahun lalu telah pula melakukan uji coba pengembangan budi daya rumput laut di Pulau Moti, namun kurang berkembang akibat sejumlah faktor, di antaranya kurang seriusnya masyarakat mengembangkan rumput laut itu.

Ia menambahkan, pabrik rumput laut yang mulai beroperasi akhir 2013 tersebut memproduksi bubuk rumput laut untuk tujuan pasar dalam negeri dan luar negeri dan nantinya diharapkan menjadi salah satu penggerak pertumbuhan ekonomi di sektor industri perikanan di Malut.

(L002/H-KWR)

Pewarta: La Ode Aminuddin
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014