Nigeria akan senang menerima dukungan dari pakar anti-terorisme Israel yang sudah terkenal keahliannya dalam melakukan operasi."
Abuja (ANTARA News) - Pemerintah Nigeria Selasa mengatakan bahwa "jendela perundingan" dengan gerilyawan Boko Haram yang menculik lebih dari 200 anak perempuan sebulan lalu dari sekolah mereka di timur laut negara itu terbuka.

"Jendela perundingan masih terbuka. Pemerintah telah membentuk satu komite untuk berunding dengan Boko Haram, jika mereka inginkan perundingan untuk membuatnya tersalurkan melalui komite," kata Menteri Tugas Khusus Tanimu Turaki kepada Reuters melalui telepon.

Turaki mengepalai komite negosiasi.

Sebelumnya, Presiden Nigeria Goodluck Jonathan mengatakan bahwa militer dan intelijen internasional membuatnya yakin untuk menemukan kembali 200 siswi yang diculik oleh kelompok Boko Haram itu.

Sejumlah negara menawarkan bantuan kepada Nigeria sejak kelompok itu pada 14 April menyerbu sekolah putri berasrama di desa Chibok, wilayah timur laut, dan menangkap 276 siswi yang sedang mengerjakan soal ujian.

Beberapa anak berhasil lolos namun lebih dari 200 orang masih belum ditemukan.

Amerika Serikat dan Inggris sudah mengirimkan tenaga ahli bersama dengan pemberangkatan dua divisi tentara Nigeria ke wilayah perbatasan.

Hal ini bertentangan dengan kecaman tajam bahwa pemerintah Jonathan dianggap lamban dalam menanggapi krisis ini.

"Nigeria akan senang menerima dukungan dari pakar anti-terorisme Israel yang sudah terkenal keahliannya dalam melakukan operasi," katanya dari rumah dinas di Abuja.

Jonathan sangat optimistik dengan bantuan masyarakat internasional yang mengirim para ahli di bidang intelijen untuk membantu usaha Nigeria.

Presiden Prancis, Francois Hollande, pekan lalu juga menawarkan menjadi tuan rumah pertemuan puncak di Paris Sabtu mendatang dengan Nigeria dan negara-negara tetangganya khusus membahas masalah Boko Haram.

Pemimpin Boko Haram, Abubakar Shekau, bulan ini menyampaikan ancaman akan menjual gadis-gadis itu "ke pasar" sehingga semakin meningkatkan kekhawatiran akan nasib mereka.


Penerjemah: Askan Krisna

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014