Wina (ANTARA News) - Upaya diplomatik Iran dan negara-negara kuat dunia membuat kesepakatan tentang program nuklir Iran memasuki fase paling menentukan dan berbahaya saat putaran perundingan baru kembali digelar di Wina, Austria, Rabu.

Keberhasilan perundingan baru itu bisa menyelesaikan salah satu masalah geopolitik paling besar abad 21 dan kegagalan perundingan itu bisa memunculkan kembali konflik di Timur Tengah dan mengawali perlombaan senjata nuklir di kawasan itu.

"Jika rintangan yang bisa meruntuhkan pembicaraan tinggi, taruhannya kemungkinan kegagalan tinggi," kata Ali Vaez, analis Iran dari International Crisis Group kepada kantor berita AFP.

"Waktu adalah esensi," katanya.

Lima anggota permanen Dewan Keamanan PBB ditambah Jerman menginginkan Iran mengurangi cakupan program nuklir sampai ke level yang tidak dimungkinkan bagi pengembangan bom atom.

Sebagai imbalannya, sejumlah sanksi ekonomi dari PBB dan negara Barat yang telah memukul perekonomian Republik Islam itu akan dicabut.

Menteri Luar Negeri Iran Muhammad Javad Zarif mengatakan setelah putaran perundingan yang terakhir bahwa "50-60 persen" dari persoalan yang dirundingkan telah disepakati.

Tapi kedua belah pihak tetap berpegang pada mantra bahwa "tidak ada yang disepakati sampai semua disepakati".

Namun Iran dan Amerika Serikat sama-sama meredam harapan bahwa kesepakatan akan mudah dicapai dengan Zarif mengatakan bahwa masih dibutuhkan "banyak upaya" untuk mencapai kesepakatan.

Seorang pejabat senior Amerika Serikat mengatakan bahwa perundingan kali ini akan "sangat, sangat sulit" dan masih ada "kesenjangan besar" antara dua pihak dan "berbagai masalah rumit."

"Kami belum tahu jika Iran akan bersedia mengambil keputusan yang sulit, mereka harus meyakinkan dunia bahwa mereka tidak mengembangkan senjata nuklir dan bahwa program mereka sepenuhnya bertujuan damai," kata pejabat itu.

Pada perundingan kali ini, para pihak bertujuan membangun kesepakatan sementara yang dicapai November tahun lalu di mana Iran setuju menghentikan aktivitas tertentu selama enam bulan dengan imbalan pencabutan sanksi kecil. Kesepakatan Jenewa tersebut akan berakhir 20 Juli.

Mengubah kesepakatan sementara di Jenewa menjadi permanen akan menjadi tugas yang sulit dijalankan.

Salah satu masalah utama, reaktor Arak, tampaknya sudah selesai dengan Iran memberikan indikasi bahwa desainnya bisa dimodifikasi untuk mengurangi kekhawatiran bahwa itu bisa menghasilkan senjata plutonium.

Tapi masalah yang lain, terutama pengayaan uranium dan pencabutan serangkaian sanksi "bisa lebih sulit dijembatani"," kata Kelsey Davenport dari Arms Control Association kepada AFP.

Kesepakatan soal program pengayaan uranium Iran kemungkinan juga akan sulit dicapai karena program itu merupakan salah satu kebanggaan Iran.

"Diskusi tentang pengayaan sudah dan akan sulit," kata Menteri Luar Negeri Prancis Laurent Fabius pada Senin. (Uu.G005)

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014