Brasilia (ANTARA News) - Rakyat Brasil yang kecewa dengan layanan buruk pemerintah buat masyarakat turun ke jalan pada Kamis (15/5) di seluruh negeri itu, dengan keluhan pajak yang mereka bayar dihabiskan buat persiapan jadi tuan rumah Piala Dunia 2014.

Apa yang disebut Hari Perjuangan guna menentang Piala Dunia menyaksikan demonstrasi di tujuh dari 12 ibu kota negara bagian yang dijadwalkan menjadi tuan rumah pertandingan Piala Dunia, dan puluhan kota besar lain.

Pengeluaran besar pemerintah untuk acara pertandingan olah raga besar tersebut, ditambah dengan kenaikan tiket transit, pertama kali memicu protes anti-pemerintah setahun lalu, tapi saat Piada Dunia yang dijadwalkan berlangsung 12 Juni sampai 13 Juli makin dekat, protes telah mulai terjadi lagi.

Perhimpunan Komite Rakyat Piala Dunia (Ancop) mengajukan daftar keluhan yang mereka ingin ditangani oleh pemerintah, termasuk tuntutan mereka untuk memprotes secara bebas selama Piala Dunia.

Mereka juga menuntut pemberian ganti rugi buat keluarga pekerja bangunan yang tewas saat membangun stadion dan tempat lain pertandinga, guna menjamin keluarga yang digusur untuk memungkinan pembangunan stadion baru akan diberi perumahan yang memadai, pers yang lebih besar dan pengeluaran lebih banyak pemerintah atas sistem transportasi masyarakat dan bebas biaya.

Di Sao Paulo, beberapa kelompok pemrotes menghalangi beberapa tempat utama, termasuk jalanan di dekat Arena Corinthian di kota itu, tempat pertandingan peringatan antara Brazil dan Kroasia akan diselenggarakan pada 12 Juni, demikian laporan Xinhua.

Di Brasilia, Gerakan Pekerja Tanpa Tempat Berteduh (MTST) menduduki kantor perusahaan bangunan dan tanah milik negara dan menuntut pemerintah menepati janjinya untuk membantu mereka yang tak mampu membeli rumah.

Demonstrasi juga berlangsung di Rio de Janeiro, Fortaleza, Belo Horizonte, Porte Alegre dan Salvador, serta kota besar lain yang lebih kecil.

Protes tersebut tampaknya bertolak-belakang dengan pernyataan Menteri Olah Raga Aldo Rebelo pada Selasa (13/5) bahwa protes selama Piala Dunia akan "menjadi peristiwa terpencil".

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2014