Jakarta (ANTARA News) - Perusahaan bisnis analisis SAS mengatakan bahwa salah satu aplikasinya, Predictive Asset Maintenance, dapat membantu perusahaan energi dapat memprediksi isu sebelum peralatannya menyebabkan gangguan yang menimbulkan bahaya.

Sejumlah perusahaan yang sudah menggunakan sistem itu seperti POSCO dan Shell telah terhindar dari keterlambatan dan menjaga target produksi tetap tercapai, kata SAS Indonesia dalam siaran persnya di Jakarta, Senin.

Dengan tambahan kekuatan SAS® Visual Analytics, perusahaan dapat dengan mudah menganalisa data untuk menemukan akar penyebab sistemik, memastikan keamanan yang lebih tinggi dan melindungi komitmen produksi, katanya.
 
"Tekanan kompetitif dan meningkatnya regulasi yang ketat memerlukan solusi analytics yang melebihi sistem  manajemen aset tradisional,” kata Reinhard Hoene, Senior Product Manager SAS.

Organisasi yang mengkombinasikan predictive analytics dengan visual analytics pada dasarnya memiliki data 'GPS' untuk membantu menemukan informasi penting dalam gunungan data.

"Gangguan operasional dan peristiwa bencana sering kali terjadi ketika prosedur maintenance (pemeliharaan) tidak diikuti dengan baik,” kata Andrew Hess, Presiden PHM Society dan ex pimpinan prognostics and health management (PHM) di F-35 Joint Strike Fighter Program Departemen Pertahanan Amerika.

"SAS Predictive Asset Maintenance dapat mengetahui kapan waktunya maintenance peralatan dihentikan,” katanya menjelaskan pemeliharaan peralatan yang diprediksi merupakan pertimbangan konstan di berbagai industri, termasuk bidang pertahanan, produksi minyak dan gas, dan manufaktur.

Hess menyarankan agar perusahaan tidak mencoba dengan membuat sistem peringatan sendiri.

"Mengapa harus membangun sendiri jika SAS Predictive Asset Maintenance telah memiliki apa yang Anda butuhkan dan bahkan memberikan lebih? Software yang telah teruji dapat memberikan insight secara akurat agar organisasi dapat memberikan perhatian lebih sebelum bencana terjadi atau operasi menjadi terganggu. Silahkan putuskan secepatnya tanpa harus berpikir panjang.”

Menurut ARC Advisory Group (Riset Teknologi untuk Industri) menyatakan penonaktifan yang tidak terjadwal dan kemunduran terhitung sebesar 7 persen menyebabkan kehilangan produksi.

Departemen Energi Amerika memprediksi program maintenance prediktif yang fungsional dapat membuat return on investment sepuluh kali lipat, produksi meningkat hingga 25 persen.

SAS Predictive Asset Maintenance dapat membantu perusahaan berpindah dari hal reaktif "Apa yang sedang terjadi?" menjadi prediktif. "Apakah memerlukan perbaikan atau penggantian sekarang untuk menjaga produksi tetap berjalan selama siklus perbaikan selanjutnya?,” kata SAS.

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014