Masalahnya sangat besar, sehingga sekarang bagaimana lembaga peradilan harus terus menerus membangun trust (kepercayaan) masyarakat,"
Jakarta (ANTARA News) - Ketua Komisi Yudisial Suparman Marzuki menilai perkembangan kinerja MA dari masa ke masa mengalami kemajuan namun tidak kelihatan ke permukaan karena keperrcayaan publik terhadap lembaga peradilan belum pulih.

Hal ini diungkapkan Suparman saat menjadi pembicara dalam acara diskusi dengan tema "Mengembalikan Keagungan Mahkamah Agung" di Jakarta, Rabu.

Menurut Suparman, indikator belum pulihnya kepercayaan publik itu seringkali putusan pengadilan dicurigai dan dilaporkan masyarakat yang merasa dirugikan ke KY terkait proses pengadilan negeri, pengadilan tinggi hingga MA.

Dia mengungkapkan KY setiap bulannya menerima rata-rata sekitar 200--250 pengaduan yang sebagian besar menyangkut putusan bermasalah, selain proses persidangan dan perilaku murni.

"Masalahnya sangat besar, sehingga sekarang bagaimana lembaga peradilan harus terus menerus membangun trust (kepercayaan) masyarakat," katanya.

Deputi IV Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) Mas Ahmad Santosa menilai dalam sepuluh tahun terakhir kinerja MA mengalami kemajuan sejak diterbitkannya cetak biru MA tahun 2003 dalam upaya memperbaiki sistem peradilan di Indonesia. Misalnya, perbaikan pengawasan hakim, mengurangi tunggakan perkara, keterbukaan informasi pengadilan, sertipikasi hakim khusus.

"Tetapi, masih banyak pekerjaan rumah masih tertunda terutama menyangkut putusan pengadilan yang sering dipersoalkan publik," kata Mas Ahmad Santosa.

Dia menyebutkan satu persoalan krusial yakni sulitnya mengadili putusan pengadilan karena potensial menimbulkan kesalahan karena putusan pengadilan berisi fakta hukum yang diputus berdasarkan keyakinan hakim; informasi yang diberitakan media seringkali bias; kurangnya pertimbangan sebuah putusan.

Selain itu, persoalan minimnya integritas di kalangan hakim yang menimbulkan kecurigaan publik. "Bisa jadi karena adanya faktor suap, tekanan atasan, tekanan media," kata Ahmad Santosa.(*)

Pewarta: Joko Susilo
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014