Pesawat Kepausan (ANTARA News) - Paus Francis pada Senin mengatakan bahwa dia akan melakukan pertemuan pertama dengan sekelompok korban pelecehan seksual di Vatikan pada awal bulan depan dan berjanji tidak akan menoleransi semua orang di Gereja Katolik yang melecehkan anak-anak, termasuk para uskup.
       
"Pelecehan seksual adalah kejahatan yang mengerikan... karena seorang pendeta yang melakukan itu telah mengkhianati Tuhan. Itu seperti misa setan," kata Paus dalam bahasa paling keras yang pernah dia gunakan soal krisis yang menguncang gereja selama lebih dari satu dekade.

"Kita harus menangani ini dengan nol toleransi," kata Paus seperti dilansir kantor berita Reuters.

Ia menambahkan bahwa tiga uskup sedang diperiksa terkait kasus pelecehan seksual.

Paus akan menemui delapan korban dan Kardinal Sean Patrick O'Malley dari Boston, yang memimpin komisi yang dibentuk untuk mempelajari cara menangani krisis tersebut.

Saat berbicara dengan para reporter selama hampir satu jam di pesawat yang membawanya pulang ke Vatikan setelah kunjungan ke Timur Tengah, Paus tampak segar meski telah menjalani tiga hari perjalanan sibuk dan menolak saran juru bicara yang menyarankan konferensi pers diakhiri supaya dia bisa beristirahat.

Pria berusia 77 tahun itu menjawab sejumlah pertanyaan dengan beragam topik, termasuk mengenai keuangan di Vatikan, pilihan hidup selibat bagi pastur, isu lingkungan hidup dan pertanyaan apakah dia akan pensiun seperti pendahulunya Paus Benedict XVI dan tidak menjalankan tugasnya seumur hidup.

Paus mengatakan bahwa para pastur harus hidup selibat tapi aturan bukan dogma yang tidak bisa berubah dan "pintu selalu terbuka" untuk perubahan.

Paus mengatakan bahwa para korban pelecehan seksual, beberapa di antaranya dari Eropa, akan menghadiri Misa pagi dan kemudian ia akan menemui mereka. Itu akan menjadi pertemuan pertamanya dengan para korban sejak dia terpilih pada Maret 2013.

Sampai saat ini belum jelas sikap Paus terhadap para uskup yang menutup mata terhadap pelecehan seksual yang dilakukan oleh sejumlah pendeta yang berada di bawah kewenangannya atau menutupi skandal tersebut. 

O'Malley bulan lalu mengatakan di Roma bahwa komisi yang dia pimpin akan merekomendasikan agar para pendeta yang abai mendapat sanksi terlepas dari kedudukannya di Gereja.

Dalam banyak kasus pelecehan seksual, kebanyakan terjadi beberapa dekade lalu namun baru muncul pada 15 tahun terakhir, para uskup justru berusaha melindungi pelaku dengan memindahkannya ke wilayah lain dan tidak menyerahkan mereka ke pihak kepolisian.

Kelompok korban menekan Vatikan untuk menghukum para uskup yang melindungi pelaku atau mengabaikan perlindungan terhadap anak-anak bersama para pelaku.

Pada Februari lalu, Komite Hak Anak Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menuduh Vatikan telah dengan sistematis menutup mata terhadap kasus pelecehan seksual yang sudah terjadi selama beberapa dekade di gereja dan berusaha menutupi kejahatan seksual.

Vatikan menyebut laporan PBB tersebut tidak adil dan melenceng secara ideologi.

(Uu.G005)       

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014