Aneh kalau saya tak mendukung gubernur DKI Jakarta jadi presiden
Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) Sutiyoso menilai calon presiden Joko Widodo sekelas mantan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad, yang pernah menjabat Walikota Teheran sebelum menjadi presiden.

"Sudah saatnya Indonesia memiliki seorang presiden yang sudah membuktikan kinerja serta sikapnya melalui kerja-kerja riil di jabatan publik seperti gubernur dan walikota. Joko Widodo (Jokowi) adalah satu-satunya bakal capres yang pernah memiliki pengalaman itu," kata Sutiyoso di Jakarta, Rabu.

Selain Ahmadinejad yang dipilih rakyatnya karena dianggap berhasil menjalankan tugasnya saat menjadi walikota, yaitu Presiden Taiwan Ma Ying-Jeou yang merupakan mantan walikota Taiwan dan PM Turki Erdogan yang merupakan mantan Walikota Istanbul.

"Di negara maju seperti Amerika Serikat, dari 44 presiden, 17 di antaranya adalah mantan gubernur negara bagian. Lalu kapan gubernur di Indonesia jadi presiden? Anda jawablah. Tentu sebagai mantan gubernur, saya ingin ada presiden kita yang berlatar belakang kepala daerah," tutur Sutiyoso.

Sutiyoso mengaku banyak orang yang mempertanyakan alasan dirinya mendukung Jokowi-Jusuf Kalla karena sebagai seorang mantan prajurit Kopassus, dirinya dianggap cocok mendukung Prabowo Subianto yang merupakan mantan prajurit Kopassus walau akhirnya dipecat dari TNI.

Namun bagi dirinya, ada hal prinsipil lainnya yang lebih penting untuk diperhatikan. Yang pertama, dirinya lebih meyakini Jokowi dan JK sebagai figur yang paling berkemampuan merealisasikan cita-cita reformasi.

"Saya yakin Indonesia di bawah mereka adalah negara yang makmur, sejahtera, dan disegani negara lain," katanya.

Alasan kedua, dirinya melihat figur pemimpin di negara lain yang memiliki track record sama seperti Jokowi, yakni sudah terbukti bagus saat menjadi kepala daerah.

Pada kesempatan itu, Sutiyoso menegaskan partainya akan mati-matian bekerja keras memenangkan Jokowi-JK di pilpres mendatang. Bahkan, ditargetkan PKPI akan bisa mendapatkan 4 juta suara untuk pasangan itu.

"Semua kader akan mendukung habis-habisan. Memang kita kecil, tapi kita akan jadi penentu kemenangan. Insya Allah 3--4 juta suara akan bisa kita sumbangkan," tuturnya.

Sutiyoso menambahkan, bahwa ada kemiripan yang terjadi di dalam proses penentuan Jokowi sebagai capres oleh Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri, dengan pengalaman dirinya sendiri. Sutiyoso bercerita, pada 2002 lalu dirinya sudah pamit setelah lima tahun memegang jabatan gubernur.

Tiba-tiba dirinya dipanggil Megawati, yang saat itu presiden RI. Oleh Megawati, Sutiyoso ditunjuk sebagai calon gubernur mewakili PDI-P di pilkada 2002 itu.

"Kali ini, hal itu terjadi lagi. Pak Jokowi diberi mandat untuk jadi capres oleh Bu Megawati. Ini bukti kenegarawanan Bu Mega. Dalam konteks pilpres, ada calon yang merupakan gubernur DKI Jakarta. Aneh kalau saya tak mendukung gubernur DKI Jakarta jadi presiden," ucapnya.

Dalam Pemilu Presiden 9 Juli 2014 diikuti dua pasangan capres dan cawapres, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa yang diusung Partai Gerindra, Partai Golkar, PAN, PPP, PKS dan PBB, dan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla yang diusung PDIP, NasDem, PKB, Hanura dan PKPI.
(S037)

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014