Kenaikan subsidi listrik ini murni karena kenaikan kurs,"
Jakarta (ANTARA News) - Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Jarman mengatakan, kenaikan subsidi listrik pada RAPBN Perubahan 2014 merupakan akibat faktor eksternal yakni peningkatan kurs.

"Kenaikan subsidi listrik ini murni karena kenaikan kurs," katanya di Jakarta, Rabu.

Sesuai dengan APBN 2014, subsidi listrik ditargetkan sebesar Rp71,4 triliun. Namun, pemerintah memperkirakan subsidi listrik bakal membengkak dari Rp35,7 triliun menjadi Rp107,1 triliun.

Pemerintah mengajukan usul kenaikan subsidi listrik tersebut dalam RAPBN Perubahan 2014.

Jarman mengatakan, pada APBN 2014, asumsi kurs sebagai perhitungan subsidi listrik sebesar Rp10.500 per dolar AS. Namun, dalam RAPBN Perubahan diasumsikan menjadi Rp11.700 per dolar AS.

"Setiap kenaikan kurs Rp100 per dolar AS akan meningkatkan subsidi listrik Rp1 triliun," katanya.

Dengan demikian, pelemahan asumsi kurs dari Rp10.500 menjadi Rp11.700 per dolar AS atau terdapat selisih Rp1.200 menyebabkan subsidi membengkak Rp12 triliun.

Menurut dia, asumsi lainnya seperti konsumsi BBM tidak mengalami perubahan atau tidak menyebabkan kenaikan subsidi listrik.

PT PLN (Persero) menargetkan pemakaian BBM untuk pembangkit listrik pada 2014 mencapai 6,4 juta kiloliter.

Sampai kuartal pertama 2014 atau periode Januari-Maret, konsumsi BBM PLN sudah mencapai 1,8 juta kiloliter.

Jarman juga mengatakan, pemerintah menurunkan permintaan listrik pada 2014 menyusul perkiraan pertumbuhan ekonomi yang juga lebih rendah.

"Awalnya, pertumbuhan listrik sebesar sembilan persen, namun diturunkan karena ekonomi memang turun," katanya.

Selain listrik, subsidi BBM pada 2014 bakal membengkak Rp74,3 triliun dari Rp210,7 triliun menjadi Rp285 triliun akibat kurs.

Peningkatan subsidi BBM dan listrik yang cukup besar itu menjadi salah satu sebab pemerintah menetapkan defisit RAPBN Perubahan 2014 sebesar 2,5 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) atau Rp251,7 triliun.

Angka defisit itu lebih tinggi dari target APBN 2014 sebesar 1,69 persen atau Rp175,4 triliun.

(K007/H-KWR)

Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014