Airnya bercampur tanah dan lumpur. Mana ada lagi ikan hidup seperti dulu?"
Sangatta (ANTARA News) - Warga suku asli Kutai di Sangatta Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur (Kaltim), kecewa dan mengeluhkan tercemarnya Sungai Sangatta dalam beberapa tahun terakhir.

Kaseng (67), salah seorang sesepuh suku Kutai di Desa Singa Geweh, Kabupaten Kutai Timur, mengemukakan bahwa tercemarnya Sungai Sangatta mengakibatkan hilangnya mata pencahariannya mencari ikan dan udang.

"Sudah beberapa tahun ini saya tidak bisa lagi mencari ikan dan udang karena sungai tercemar akibat pertambangan batubara," katanya, Kamis.

Menurut dia, sebelum adanya pertambangan batubara di hulu sungai Sangatta, sebagian besar suku asli Kutai mencari ikan dan udang di malam hari dengan memancing dan memasang bubuh.

Mereka di era 1980-an sampai akhir 1990-an setiap malam dapat menangkap puluhan kilo ikan segar dan udang segar di Sungai Sangatta.

Namun, ia menyatakan, sejak memasuki 2000-an sungai mulai berubah warna dari bersih menjadi keruh dan berlumpur.

Ia mengatakan, kalau sekarang ini tidak ada tanda-tanda kehidupan udang dan ikan di Sungai Sangatta. "Saya pun kehilangan mata pencaharian," ujarnya.

Hal yang sama diucapkan Mariana (57), janda beranak lima warga asli suku Kutai, yang menilai bahwa tercemarnya Sungai Sangatta mengakibatkan air sungai tidak bisa lagi digunakan untuk mandi sebelum diberi tawas.

Sungai Sangatta sekarang sudah rusak parah, karena menurut dia, siang dan malam yang mengalir itu bukan lagi air, tapi hanya tanah berlumpur.

"Airnya bercampur tanah dan lumpur. Mana ada lagi ikan hidup seperti dulu?," katanya.

Namun demikian, Sungai Sangatta airnya meluap ke pemukiman penduduk di saat musim penghujan lebat.

Ia mengemukakan, kerusakan itu bakal semakin menyengsarakan para cucu suku Kutai dan penduduk kota Sangatta.

"Ini sungai rusak gara-gara ada tambang batubara di hulu sungai, tapi kami tidak mendapat apa-apa hanya air lumpur," katanya menambahkan. (*)

Pewarta: Adi Sagaria
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2014