Jakarta (ANTARA News) - Munculnya upaya pihak-pihak tertentu yang mengarah pada delegitimasi terhadap Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), terutama yang dialamatkan pada Ketua Umum Muhaimin Iskandar terkait pilpres dinilai justru menambah soliditas partai itu.

Pengamat politik Lembaga Survei Trust Indonesia (LSTI), Muhammad Arwani dalam keterangan persnya di Jakarta, Senin, mengatakan, upaya delegitimasi PKB dalam pemenangan pasangan Capres-Cawapres Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) yang diusung PDI Perjuangan, PKB, Partai Nasdem, Partai Hanura dan PKPI, akan semakin menaikkan citra PKB.

Menurut Arwani, suatu organisasi, termasuk organisasi politik yang mengakar basis massanya, akan semakin menguat soliditasnya manakala terjadi tekanan maupun tantangan, baik dari luar maupun dalam organisasi. Apalagi, katanya, upaya delegitimasi tersebut dilakukan oleh pihak-pihak yang memiliki tendensi pribadi.

Hal tersebut diakuinya lantaran beberapa alasan: Pertama, PKB merupakan partai kader yang basis massanya jelas, terutama kaum Nahdliyyin (NU) yang tidak mudah digoyah oleh pernyataan-pernyataan minor oleh pihak-pihak tertentu.

"Rakyat dan warga NU sudah cerdas menilai pernyataan tokoh-tokoh yang memang tulus dan tendensius," ujarnya.

Kedua, tambah Arwani, kepemimpinan Cak Imin (sapaan akrab Muhaimin Iskandar), memiliki keunikan tersendiri yang mampu meyakinkan berbagai kalangan dan kaum Nahdliyyin.

Kemampuan diplomasi dan "blusukan" inilah, kata Arwani, merupakan proses panjang yang dilakukan Cak Imin.

Ketiga, Arwani menilai, secara pribadi, Cak Imin merupakan "darah biru NU", sebagai cucu salah satu pendiri NU, yakni KH Bisyri Syansuri. Sehingga sangat wajar jika keberadaannya menjadi ikon NU yang menjadi magnit perolehan suara PKB lebih dari 12 juta orang.

"Saya kira, 'darah biru' ke-NU-an Cak Imin, menjadi faktor tersendiri untuk meraih dukungan besar dari kaum Nahdliyyin," katanya.

Pemilu Presiden, 9 Juli 2014 diikuti dua pasangan capres dan cawapres, yaitu Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla.(*)

Pewarta: -
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014