Damaskus (ANTARA News) - Pemerintah Suriah memulai pemilihan presiden sehari pada Selasa, dengan lebih dari 15 juta orang yang memenuhi syarat sebagai pemilih dan pemberi suara tedaftar dijadwalkan memberikan suara untuk memilih satu dari tiga calon presiden.

Ketiga calon yang bersaing dalam pemilihan presiden --presiden petahana Bashar al-Assad, mantan menteri Hassan An-Noursi dan anggora parlemen Maher Hajjar-- telah menyampaikan visi mereka mengikuti pemilihan yang berisi gagasan utama politik yang nyaris sama mengenai cara menyelamatkan ekonomi negara itu.

Kementerian Dalam Negeri Suriah menyatakan 9.610 tempat pemungutan suara tersedia di seluruh negeri di tengah laporan bahwa pemerintah juga telah mendirikan tempat pemungutan suara di tempat penampungan pengungsi guna memberi kesempatan kepada ribuan warga Suriah yang kehilangan tempat tinggal mengikuti pemungutan suara.

Pemungutan suara itu tetap diselenggarakan kendati ada penolakan dari oposisi Suriah yang mendapat dukungan Barat, yang menyebut pemungutan suara tesebut sebagai "lelucon".

Gerilyawan oposisi telah mengancam menyerang tempat-tempat pemungutan suara guna mengganggu proses pemilihan presiden itu lewat pernyataan yang disiarkan dalam jaringan.

"Kami mengumumkan permulaan untuk menyasar markas keamanan, tempat pemungutan suara, anggota dan komite mereka mulai Selasa, 3 Juni, oleh karena itu kami meminta warga agar menjauhi daerah tersebut," demikian isi pernyataan oposisi seperti dilansir kantor berita Xinhua.

"Kami menyatakan Damaskus sebagai zona militer sampai akhir pemilihan umum kotor ini," demikian isi pernyataan lain, yang memperingatkan rakyat menjauhi tempat pemungutan suara yang dianggap gerilyawan sebagai "sasaran sah".

Pada Senin (2/6), gerilyawan di pinggiran Ibu Kota Suriah, Damaskus, menembakkan beberapa bom mortir yang nyaris menghantam markas pasukan keamanan.

Bom mortir tersebut mendarat di dekat Fakultas Seni Universitas Damaskus dan di banyak daerah pemukiman lain, menyebabkan warga cedera dan kerusakan bangunan.

Di tengah ancaman itu, Pemerintah Suriah tampaknya telah melakukan semua tindakan yang perlu guna mengamankan proses pemungutan suara.

Menurut beberapa laporan, angkutan umum digratiskan pada Selasa untuk melayani mereka yang ingin sampai ke tempat pemungtuan suara.

Pos pemeriksaan di pintu masuk Damaskus telah meningkatkan inspeksi sementara pihak berwenang mengamankan kompleks pemerintah dan daerah tempat pemungutan suara dibangun.

Kementerian Dalam Negeri pada Senin mengatakan akan melakukan semua prosedur yang diperlukan guna memudahkan warga pergi ke dan dari pusat kota untuk memberi suara.

Sementara kantor berita resmi Suriah, SANA, melaporkan bahwa anggota keluarga warga Suriah di luar negeri mulai tiba di negeri tersebut untuk ikut dalam pemungutan suara.

Mereka tak bisa memberi suara mereka selama pemungutan suara di luar negeri pada akhir Mei sebab Kedutaan Besar Suriah di negara tempat mereka tinggal dilarang menyelenggarakan pemungutan suara.

Selain orang Suriah, delegasi parlemen dari "negara sahabat" seperti Iran, Rusia, Brazil dan Republik Rakyat Demokratik Korea juga telah mulai tiba untuk mengawasi proses pemungutan suara atas undangan Parlemen Suriah, kata SANA.

Pemilihan umum itu adalah yang pertama kali dilakukan dalam separuh abad. Sebelumnya hanya ada referendum untuk mendukung Assad atau mendiang ayahnya Hafez al-Assad, yang menjabat dari tahun 1971 sampai 2000.

Tahun 2007, Assad memenangi referendum untuk menduduki jabatan presiden tujuh tahun lagi dengan 97 persen dukungan suara dalam referendum tentang kepemimpinannya, dengan dia sebagai satu-satunya kandidat.

Pemungutan suara pada Selasa, yang berlangsung dari pukul 07.00 sampai 19.00 waktu setempat berlangsung di semua tingkatan pemerintahan dan kementerian. Pemerintah membangun tempat-tempat pemungutan suara di setiap gang untuk memfasilitasi para pemilih.

Di pemukiman al-Mazzeh Sheikh Sa'ad saja ada setidaknya 20 tempat pemungutan suara yang terbuka menerima pemilih.

(Uu.C003)

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014