Dia tidaklah tidak bisa dikalahkan"
Paris (ANTARA News) - Rafael Nadal dan Novak Djokovic untuk ke-42 kalinya bertemu Minggu esok untuk memperebutkan gelar juara Prancis Terbuka dan sekaligus menciptakan rekornya masing-masing.

Nadal yang petenis nomor satu dunia berharap merebut final kesembilan kalinya dia di Paris dan menciptakan rekor 66 menang satu kali kalah.

Kemenangan akan membuat petenis berusia 28 tahun itu menjadi orang pertama yang menjuarai Roland Garros dalam lima tahun berturut-turut dan membuatnya menggondol gelar Grand Slam ke-14 kalinya, hanya tiga kali di bawah rekor 17 gelar Roger Federer yang hampir lima tahun lebih tua darinya.

Djokovic yang telah enam kali menjuarai Grand Slam, memerlukan trofi Roland Garros untuk menjadi petenis ketujuh dalam sejarah yang memenangi semua dari empat turnamen Grand Slam.

Dua juga diuntungkan telah mengalahkan Nadal dalam empat pertemuan terakhirnya, termasuk dalam final Roma Masters bulan lalu.

Momentumnya sendiri untuk Nadal yang hanya memberi kesempatan juara Wimbledon Andy Murray memenangi enam game dalam semifinal brutal Jumat kemarin.

"Bukan hal baru bagi Novak berada di final ini. Dia punya motivasi untuk menjuarai Roland Garros untuk pertama kalinya," kata Nadal yang telah memenangi tiga pertemuan Grand Slam mereka dan semua dari pertemuan mereka sebelumnya di Roland Garros.

"Namun saat bersamaan, dia ditekan untuk menang untuk pertama kalinya."

Djokovic dikalahkan Nadal pada final turnamen ini 2012 namun hampir menumbangkannya pada semifinal 2013 ketika dia sempat memimpin 4-2 pada set terakhir.

Petenis Serbia berusia 27 tahun yang akan memainkan final Grand Slam ke-13 nya, sedangkan Nadal yang ke-20, yakin bahwa kunci kemenangan adalah memancing petenis Spanyol itu keluar dari zona nyaman di Lapangan Philippe Chatrier di mana dia hanya sekali kalah pada babak empat dari Robin Soderling pada 2009.

"Ini adalah lapangan yang sangat lebar dan sangat besar. Dua suka dengan efek visual juga, karena tampaknya itu memberinya keuntungan," kata Djokovic. "Dia merasa lebih nyaman ketika dia bermain di lapangan lebih besar. Itulah salah satu alasan mengapa dia begitu sukses di sini".

"Namun kami pernah memainkan pertandingan ketat dan bagus, pertandingan-pertandingan berkualitas bagus dalam dua tahun terakhir di sini, khususnya tahun lalu. Itu pertandingan yang sangat ketat".

"Dan mengetahui bahwa saya sedekat itu untuk menang melawan dia dua tahun terakhir memberi saya alasan untuk percaya bahwa saya bisa berhasil kali ini. Dia tidaklah tidak bisa dikalahkan."

Persaiangan kedua pemain puncak dunia itu sudah dimulai pada 2006.

Pertemuan pertama mereka terjadi dalam perempat final Prancis Terbuka ketika Djokovic mundur karena cedera punggung.

Sejak itu mereka bertarung dalam serangkaian pertandingan klasik, yang terkenal pada final Australia Terbuka 2012 yang berlangsung hampir enam jam.

Pertandingan itu dimenangi Djokovic di bawah temperatur 30 derajat. Tak salah jika Nadal kini tersenyum.

"Bagi saya adalah jauh lebih baik ketika cuaca seperti saat ini. Bola-bola saya menciptakan lebih banyak meluncur. Bola bergerak cepat di udara dan dengan forehand saya, saya kira-kira mampu menciptakannya," kata Nadal yang punya catatan menang kalah 13-4 dari Djokovic.

Sejak menggondol trofi pertamanya di Sopot pada 2004, Nadal telah menelan 15 kekalahan yang tiga diantaranya terjadi tahun ini, yang terbaru adalah dari Djokovic di Roma.

"Kemenangan di Roma sungguh memberi saya kepercayaan diri dan semoga keyakinan diri," kata  Djokovic.

"Di sisi lain, tantangan fisik yang hadapi masing-masing adalah faktor yang sangat penting dalam pertandingan kami. Saya tahu bahwa saya akan menghadapi seorang petenis yang bermain untuk setiap poin bagaikan match point".

"Dia petarung yang hebat, dan saya tahu itu akan menjadi pertandingan yang sangat menguras fisik. Tapi saya siap untuk itu," kata Djokovic seperti dikutip AFP.

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2014