Piala Dunia benar-benar menghimpun banyak orang. Piala Dunia membawa kegembiraan dan sukacita
Jakarta (ANTARA News) - Pesta sejagat Piala Dunia 2014 bergulir mengajak seluruh penghuni dunia untuk menyeru dengan hati bening bahwa ziarah hidup perlu dijiwai dengan tiga kata kerja saja, yakni melihat, mendengar, dan mencintai.

Ungkapan "dari mana datangnya cinta, dari mata turun ke hati", memampatkan apa yang selama ini dinanti oleh publik global, bahwa pesta empat tahunan yang dihelat di Brasil dalam balutan 64 pertandingan itu, mencetuskan tiga kata yang demikian berperan dalam kehidupan.

Masyarakat global melihat dan mendengar dari berbagai pemberitaan tayangan media elektronik bahwa persiapan Piala Dunia 2014 menghadapi sejumlah kendala.

Mereka toh tetap menggantungkan dan menyandarkan harapan bahwa mencintai adalah segalanya ketika seseorang atau sekelompok warga masyarakat mengalami segala pencobaan. Mencintai merupakan jawaban ketika datang ketidakmenentuan dan kebencian hidup.   

Chaos! Masyarakat Brasil disulut kemarahan bahkan kebencian karena mereka menilai bahwa turnamen yang menyedot biaya milyaran dolar Amerika Serikat itu sungguh tidak menunjukkan keberpihakan kepada orang miskin.

Pesta empat pekan itu memuat pesan spiritual dari tiga kata magis kehidupan: melihat, mendengar, mencintai.

Dengan melihat dan mendengar tayangan-tayangan laga, maka diharapkan orang mampu mengail dan mengais niatan bahwa melihat, mendengar dan mencintai tidak bisa lepas dari kemurnian niatan untuk memberi yang terbaik kepada sesama manusia.

Pembangunan stadion yang menyedot dana sebanyak 424 juta dolar AS atau 313 juta euro sempat terhenti dan tercekat pada November ketika perangkat crane menimpa dan memakan jiwa dua pekerja. Tiga pekerja meregang nyawa pada Maret.

Ini fakta yang dapat dilihat dan dapat didengar, dan tentu nyawa wajib dicintai karena setiap insan merupakan ciptaan Ilahi.

Dengan semangat cinta yang meluap terhadap seluruh negerinya, Presiden Brasil Dilma Rousseff bernazar bahwa negaranya siap menyelenggarakan perhelatan Pesta Bola.

Jelas bahwa Roussef berhadapan-hadapan dengan amarah publik negerinya sendiri. Ini jelas pertaruhan dari sikap mencintai yang ingin memberi yang terbaik.

Dan Corinthians Arena dijadikan simbol dari pembangunan stadion yang karut marut. Percayalah, milyaran orang pemirsa global akan menuangkan cintanya kepada sepak bola, karena dalam sepak bola termuat cinta untuk memberi lebih dulu tanpa meminta balas budi.

Tidak serba kebetulan bahwa laga perdana antara Brasil melawan Kroasia dihelat di stadion itu. Boleh jadi, stadion Corinthians Arena memiliki nama anyar "Stadion sarat cinta"

Rousseff punya ungkapan sarat cinta. Ia berkata, 12 stadion siap menggelar laga dan Brasil siap menerima tamu dari mancanegara.

Ia terinspirasi oleh "tangan terbuka" seperti ditunjukkan dalam patung Kristus Penyelamat di Rio de Janeiro. Bukankah mencintai hakekatnya membuka tangan kepada siapa saja, baik kawan maupun lawan. Tangan terbuka Kristus menyiratkan sikap mencintai tiada henti, dengan mendengar dan melihat sesama, utamanya sesama yang mengalami penderitaan.

Cinta Rousseff kemudian direspons dengan aksi pengunjuk rasa. Untuk menghindari bentrok, dikerahkan sekitar 150.000 polisi dan aparat keamanan.

Para pengunjuk rasa terus berteriak dan berseru lantang, "Piala Dunia tidak diselenggarakan (di sini)." Inilah gambaran dari cinta yang senantiasa mengundang pro-kontra. Bahasa ngepopnya, antara cinta dan benci.

Pada April 2014, aksi sarat kebencian meletus di distrik Copacabana. Terjadi bentrok antara penduduk miskin setempat (favela) melawan polisi yang melepaskan tembakan.

Bahkan sempat ditiup isu bahwa Brasil dikenal menjadi salah satu negara penyelenggara Piala Dunia yang memanfaatkan momentum. Tarif hotel dan tempat penginapan serta harga makanan dan minuman melangit. Dan dunia terhenyak.

Sempat terdengar teriakan, "Tenaga pendidikan lebih penting ketimbang Neymar," kata para pengunjuk rasa, merujuk kepada striker andalan skuad Samba itu. Besar kemungkinan para pengunjuk rasa terbakar cinta, karena mereka melihat dan mendengar bahwa negaranya bertekad keluar sebagai juara dunia.

Brasil menaruh harapan setinggi langit kepada kemilau penampilan Neymar. Pemain yang kini membela Barcelona telah mengukir kesan emas di benak publik global bahwa tampil menyerang dan mencetak gol menjadi kata kunci bagi kegembiraan dunia. Gembira dan sukacita bersaudara kandung.

Jika saja Neymar bersinar gemilang dalam turnamen ini, maka duel tergelar antara pemain asal Brasil itu kontra Lionel Messi yang berkostum Argentina. Kedua pemain sama-sama mengisi pundi-pundinya dari Barcelona.

Nah, gemerlap Neymar dan Messi mengisi ceruk hati seluruh penduduk bola bumi. Dengan melihat, mendengar dan mencinta, Pesta Bola 2014 menyajikan pesta empat tahunan yang menawarkan kegembiraan dan sukacita untuk melibas segala kebencian, iri hati, dendam, gelap mata, dan tuli hati.

Seorang mahasiswa jurusan informatika dari sebuah unitersitas di Afrika Selatan, Sihle Dube (20) mengatakan, "Piala Dunia benar-benar menghimpun banyak orang. Piala Dunia membawa kegembiraan dan sukacita."

Cinta mengalir secara berlimpah madu dan sekaligus empedu (amor et melle et felle est fecundissimus), kata pepatah Latin klasik. Madu bagi mereka yang menang, empedu bagi mereka yang kalah. Semuanya meletak dalam 64 laga Piala Dunia di Brasil.

Mereka yang sedang tersengat euphoria pemilihan presiden 2014, siap mencecap madu dan mencicip empedu. Siap menang, siap kalah!
(A024)         

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2014