Jakarta (ANTARA News) - Perluasan adopsi penggunaan uang elektronik (e-money) di Indonesia dinilai harus melibatkan operator telekomunikasi, karena memiliki basis pelanggan, teknologi dan infrastruktur yang dimiliki.

"Jika Pemerintah ingin mengembangkan ekosistem less cash society (masyarakat tanpa uang tunai) dan financial inclusion (akses masyarakat terjadap jasa keuangan), maka jangan melupakan pemain industri telko," kata Dirut Telkomsel Alex J Sinaga, saat membuka diskusi IndoTelko Forum: "Collaborative & Incentives: A New Breakthrough for e-Money" di Jakarta, baru baru ini.

Menurut Alex, para pelaku usaha di sektor telekomunikasi selama ini terus berevolusi dari memberikan layanan komunikasi, "computing", "entertainment", hingga "financial services".

"Pada layanan jasa keuangan sejauh ini belum dioptimalkan. Padahal operator telekomunikasi memiliki kekuatan yang bisa melayani semua segmen. Industri telekomunikasi juga terbukti melayani masyarakat dari Sabang hingga Merauke," ujar Alex.

Ia mencontohkan, di Filipina antaroperator telekomunikasi saling berkolaboras dan perbankan dengan membentuk anak usaha, dan terbukti mampu meningkatkan jumlah rekening bank 5 persen-10 persen, nasabah "retail loan" hingga 1000 persen, dan transaksi elektronik 53 persen.

Sementara itu, Chief of Digital Services XL Axiata Dian Siswarini mengakui penyebab e-money belum berkembang karena optimalisasi aset belum terjadi, "killer Apps" belum banyak, dan standarisasi teknologi belum ada.

"Pemain telko berpotensi mempercepat less cash society. Transaksi dan adopsi belum banyak walau sebetulnya usaha untuk percepatan adopsi e-money sudah besar. XL dengan XL Tunai sudah lakukan banyak usaha, tetapi itu belum optimal, karena masing-masing pemain seperti berjalan sendiri," ujar Dian.

Penyebab utamanya ialah antara industri telekomunikasi dan perbankan seperti jalan sendiri-sendiri, karena masing-masing mengeluarkan produk e-money. Padahal, kalau dua kekuatan industri ini disatukan, hasilnya akan lebih baik.

Deputi Direktur Departemen Kebijakan Pengawasan Sistem Pembayaran Bank Indonesia, Yura Djalins mengungkapkan, transaksi e-money di Indonesia periode April 2014 masih kecil, atau sekitar Rp7,7 miliar per hari, walaupun jumlah pemakai sudah mencapai 30,4 juta.

"Transaksi e-money pemain telko itu kebagian sekitar Rp200 juta - Rp300 juta per hari," ungkapnya.

Bandingkan dengan nilai transaksi kartu ATM/Debit per April 2014 mencapai Rp11,4 triliun per hari dengan jumlah kartu 87,9 juta kartu, nilai transaksi kartu kredit Rp690,8 miliar per hari dengan jumlah kartu 15,2 juta buah.
(R017/C004)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014