Beirut (ANTARA News) - Sembilan perwira penting pemberontak Tentara Pembebasan Suriah, Sabtu, mundur karena salah urus bantuan militer dari negara donor dalam pemberontakan mereka terhadap Presiden Bashar al-Assad.

"Kami meminta maaf kepada Anda (pemberontak) atas undur diri kami hari ini, melepaskan tanggung jawab kami sebagai komandan medan tempur dan dewan militer," kata perwira itu dalam pernyataan.

Pengunduran diri mereka terjadi lebih dari tiga tahun pemberontakan anti-Bashar, di mana para pemrotes mengangkat senjata dan pasukan keamanan menindak keras terhadap para pembangkang.

Beberapa bantuan militer Barat sedikit masuk ke Suriah dalam pekan-pekan belakangan ini, tetapi secara keseluruhan Amerika Serikat enggan mempersenjatai pemberontak karena khawatir senjata-senjata canggih jatuh ketangan kelompok pemberontak garis keras.

Senjata-senjata dikirim ke Suriah dari Barat, tetapi lebih banyak dari negara-negara Teluk, biasanya dikirim ke kelompok-kelompok khusus, tidak ke Dewan Militer Tertinggi (SMC), yang menggalang kegiatan militer pemberontak.

Letkol Mohammad Abboud mengemukakan kepada AFP ia dan delapan perwira pemberontak lainnya mengundurkan diri kerena "SMC" tidak berperan lagi. Negara-negara donor diabaikan sama sekali.

Negara-negara donor menyalurkan bantuan militer, termasuk rudal anti-tank buatan AS ke faksi-faksi yang mereka pilih, kata Abboud,

"Kendati kami berterima kasih kepada negara-negara donor atas bantuan mereka, bantuan itu sangat tidak mencukupi, dan terlalu sedikit untuk dapat memenangkan perang," kata Abboud.

Pemberontak yang memerangi pemerintah Bashar telah berulang-ulang mendesak Barat memberikan mereka senjata khusus untuk membantu keseimbangan dalam perang melawan pasukan Bashar, yang didukung Iran, Rusia dan gerilyawan Lebanon Hizbullah.

Awal Juni, Presiden AS Barack Obama mengatakan Washington akan mengurangi dukungan bagi pemberontak, yang menandakan satu perubahan kebijakan AS.

Tetapi, dengan menghadapi kekalahan militer berturut-turut di sekitar Homs dan Provisni Damaskus, pemberontak mengatakan mereka tidak mendapat bantuan yang dibutuhkan untuk mengubah jalan perang itu.

"Kami berperang melawan tentara dan gerilyawan Negara Islam Irak dan Levant (ISIL)," kata Abboud mengacu pada kelompok garis keras yang beroperasi di Suriah dan Irak yang oposisi Suriah berbalik menentang mereka Januari.

"Kami belum mendapat bantuan yang kami perlukan dari negara-negara yang mengatakan dukngan mereka pada tuntutan-tuntutan kami bagi demokrasi dan satu negara sipil," katanya.

ISIL berperang melawan kelompok pemberontak lain, dari yang moderat, seperti, FSA sampai dengan Front Al-Nusra yang berafiliasi dengan Al Qaida sejak Januari.

Perang antar-pemberontak diperkirakan telah menewaskan 6.000 orang.

Pada Senin, para petempur ISIL memimpin satu serangan besar-nesaran di Irak, merebut daerah-daerah luas yang berpenduduk mayoritas Sunni dan sedang bergerak menuju Baghdad, demikian AFP.

(Uu.H-RN)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014