New York (ANTARA News) - Sebuah penelitian terbaru dari University at Buffalo School of Public Health and Health Professions menemukan bahwa tubuh anak laki dan perempuan merespon kafein secara berbeda setelah pubertas.

Kafein menyebabkan terjadinya perbedaan denyut jantung dan perubahan tekanan darah pada anak laki-laki dan perempuan setelah pubertas.

Untuk keperluan penelitian, dalam suatu percobaan, para peneliti menguji denyut jantung dan tekanan darah sekitar 54 orang anak laki-laki dan 47 orang anak perempuan berusia 15-17 tahun. Mereka juga menguji hal serupa pada anak-anak sebelum pubertas yang berusia 8-9 tahun.

Para peneliti lalu memberi para partisipan plasebo atau dua dosis kafein (1 dan 2mg/kg). Setelah itu, mereka mengukur kembali denyut jantung dan tekanan darah para partisipan. Para peneliti menemukan bahwa anak laki-laki memiliki respon lebih besar terhadap kafein dibandingkan anak perempuan.

Namun, perbedaan gender terhadap respon kafein hanya terjadi pada remaja setelah pubertas, sementara pada anak-anak yang belum memasuki masa pubertas, respon kafein terhadap perbedaan gender tidak ditemukan.

Penelitian yang salah satunya dilakukan oleh asisten profesor dari Departement of Exercise and Nutrition Sciences, University at Buffalo School of Public Health and Health Professions, Jennifer Temple, PhD, ini juga memperlihatkan, konsumsi kafein mempengaruhi siklus menstruasi anak perempuan.

"Siklus menstruasi ditandai perubahan tingkat hormon, yang dimulai dengan fase folikuler hingga terjadinya ovulasi pada fase luteal. Fase luteal ini ditandai dengan peningkatan tingkat progesteron dari fase sebelumnya," kata Temple seperti dilansir Medical News Today.

Menurutnya, perbedaan respon terhadap kafein di seluruh siklus menstruasi pada anak perempuan setelah masa pubertas, disertai penurunan denyut jantung lebih besar pada fase mid-luteal dan peningkatan tekanan darah yang lebih besar pada fase menstruasi.

Penelitian menunjukkan perbedaan gender merespon kafein muncul setelah pubertas, data temuan tidak memperlihatkan apa penyebabnya. Penelitian sebelumnya yang mendemonstrasikan respon fisiologis pada gender yang berbeda mengungkapkan, kafein menimbulkan perasaan "terburu-buru yang lebih hebat" dan peningkatan energi pada anak laki-laki berusia 12-17 tahun, dibandingkan pada anak perempuan.

Kemudian, seiring meningkatnya tingkat kafein, maka tekanan darah pun meningkat dan denyut jantung berkurang pada anak laki-laki, tetapi tidak pada anak perempuan.

Para peneliti menyimpulkan, penelitian pada masa depan soal ini akan memastikan lebih jauh apakah hal ini disebabkan faktor fisiologis seperti hormon streoid atau faktor psikososial. Penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal Pediatrics pada 16 Juni lalu.

Penerjemah: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014