Kiev (ANTARA News) - Presiden Ukraina pada Rabu mengumumkan rencana melakukan gencatan senjata sepihak di wilayah separatis di timur dalam upaya mengakhiri pemberontakan berdarah pro-Rusia serta mencegah perpecahan negaranya --yang pernah menjadi bagian dari Soviet itu.

AFP melaporkan Presiden Petro Poroshenko mengambil langkah lanjutan untuk menghilangkan ketegangan dengan Rusia dengan memutuskan mengganti Menteri Luar Negeri sementara Andriy Deshchytsya --yang tidak disukai Moskow.

Deshchytsya digantikan oleh utusan Ukraina dalam perundingan dengan Kremlin yang ditengahi oleh OSCE.

Namun, ia juga meminta Amerika Serikat dan Uni Eropa untuk membantu pengamanan perbatasan negaranya dengan Rusia serta untuk membendung arus masuk persenjataan dan para militan ke wilayah konflik.

Perbatasan tersebut telah menjadi ajang bentrokan ganas dalam beberapa pekan terakhir ini, ditandai dengan serangan-serangan roket bersenjata buatan Rusia yang dilancarkan oleh para militan ke kamp-kamp penjaga perbatasan serta penyerbuan terhadap patroli-patroli tentara.

Juru bicara kementerian pertahanan Ukraina mengatakan bahwa para pemberontak baru-baru ini telah "meningkatkan gerakan mereka" serta menewaskan tiga tentara.

Namun, situs berita Dzerkalo Tyzhnia yang disegani mengutip sumber-sumber di kalangan lembaga pertahanan bahwa pertempuran itu telah menewaskan 15 tentara sementara 13 lainnya dilaporkan hilang.

Poroshenko mengungkapkan prakarsanya menciptakan perdamaian setelah ia melakukan pembicaraan tengah malam dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Dalam pembicaraan itu, kepala Kremlin tersebut juga menyatakan keprihatinan terhadap tewasnya dua anggota tim televisi pemerintah Rusia dalam pertempuran di Lugansk, Selasa.

"Rencana perdamaian dimulai dengan perintah saya untuk melakukan gencatan senjata sepihak," kata Proshenko kepada para wartawan di Kiev.

"Segera setelah itu, kita harus mendapat dukungan bagi rencana perdamaian presiden dari semua pihak terkait (dalam konflik)."

Menteri Pertahanan sementara Mykhailo Koval mengatakan perintah itu akan dikeluarkan "dalam beberapa hari ini".

Rencana Poroshenko juga mencakup permintaan terhadap Putin untuk secara resmi mengakui kepemimpinan baru di Ukraina, yang terbentuk beberapa bulan setelah terjadinya rangkaian unjuk rasa pro-Uni Eropa yang telah menjatuhkan korban jiwa serta mendepak presiden dukungan Rusia pada Februari.

"Di satu pihak mereka berbicara soal gencatan senjata. Dan di pihak lain, mereka terus melakukan agresi," kata Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov.

Washington menyambut "niat baik" Ukraina tersebut namun juru bicara Departem Luar Negeri Jen Psaki menambahkan, "Mereka tentunya perlu mitra dalam menjalankan upaya ini."

Psaki mengatakan AS tidak melihat tanda-tanda upaya yang timbal balik dari Moskow.

(Uu.T008)


Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014