Washington (ANTARA News) - Temuan kumpulan fosil di gua Sima de los Huesos --bahasa Spanyol yang artinya "Sumur Tulang"-- di bagian utara Gunung Atapuerca di Spanyol mengungkap gambaran tentang periode awal sejarah manusia.

Para ilmuwan pada Kamis (19/6) menjelas koleksi menakjubkan dari 17 fosil tengkorak yang digali di gua berusia sekitar 430.000 tahun dari spesies manusia yang sudah punah, spesies yang berhubungan dekat dengan Neanderthal, yang menyebar di seluruh Eropa dan Asia sekitar 250.000 sampai 40.000 tahun lalu.

Tengkorak yang disusun kembali dari fragmen-fragmen yang campur aduk di ruang kecil di bagian dalam gua itu adalah fosil tertua yang menunjukkan bentuk serupa tengkorak Neanderthal.

"Sebelumnya tidak pernah ada koleksi yang sangat besar dari hominin (manusia yang sudah punah) di temukan dalam satu situs. Untuk pertama kali dalam sejarah kita bisa mempelajari populasi fosil, bukan fosil yang terpisah," kata ahli paleontologi Juan Luis Arsuaga dari Universidad Complutense de Madrid, pemimpin studi yang hasilnya dipublikasikan dalam jurnal Science.

Para peneliti telah melakukan penggalian di lokasi yang dipilih menjadi situs warisan dunia UNESCO itu selama empat dekade lebih dan baru-baru ini menggambarkan sejumlah tengkorak dan peninggalan yang lain.

Situs itu tidak hanya menyimpan tengkorak. Menurut Arsuaga, para ilmuwan juga sudah menyatukan kerangka tulang dari setidaknya 28 individu, kebanyakan orang dewasa muda dan remaja dengan sedikit orang yang lebih tua dan anak-anak.

Para peneliti menggunakan enam teknik canggih untuk menentukan usia fosil-fosil Sima, yang menurut perkiraan kasar sebelumnya berusia antara 530.000 sampai 600.000 tahun.

Namun mereka tidak menetapkan fosil-fosil itu sebagai spesies spesifik.

"Secara filogenetis, mereka merupakan anggota awal dari garis keturunan Neanderthal. Nama spesies spesifiknya masih menjadi pertanyaan terbuka. Saya tidak ingin menyebutnya hanya 'Neanderthal'," kata Arsuaga kepada kantor berita Reuters.

Mereka mencatat adanya perbedaan genetik dengan Neanderthal --nama formal dari Homo neanderthalensis-- berdasar bukti dari pemulihan DNA salah satu fosil Sima.

Mereka juga mengatakan bahwa tengkorak-tengkorak itu tidak mewakili spesies lain yang hidup pada masa itu, Homo heidelbergensis, karena ada perbedaan tulang rahang.

Para peneliti menemukan karakteristik serupa Neanderthal pada tengkorak, juga gambaran yang berhubungan dengan manusia-manusia yang lebih primitif.

Ini mendukung ide bahwa Neanderthal membangun beragam karakter penentunya secara terpisah dan dalam waktu yang berbeda "satu pola mosaik" evolusi, kata mereka.

Neanderthal
adalah kerabat yang paling dekat dengan spesies manusia sekarang, Homo sapiens, dan menghilang setelah manusia modern awal menjelajah ke Eropa dari Afrika. Bukti genetik menunjukkan bahwa ada perkawinan antara Neanderthal dan Homo sapiens.


Perubahan awal

Tengkorak-tengkorak Sima menunjukkan bahwa perubahan paling awal pada garis keturunan Neanderthal terjadi pada gigi, rahang dan wajah, dengan karakteristik yang berhubungan dengan kekhususan dalam mengunyah.

Tengkorak-tengkorak itu mempertahankan beberapa ciri primitif seperti rangka otak yang lebih kecil. Ciri bentuk rangka otak Neanderthal yang memanjang dan bulat tampak kemudian.

Arsuaga mengatakan fosil-fosil itu menunjukkan bahwa evolusi manusia di Eropa saat itu bukan proses lamban teratur yang mencakup perubahan seragam di seluruh ragam orang di benua, tapi lebih kacau seperti perjuangan antar klan dalam serial fantasi TV "Game of Thrones."

"Sebagai hasil dari studi ini kami bisa menjawab dua dari pertanyaan paling penting seputar kumpulan fosil Sima de los Huesos: Siapa orang-orang ini? Dan kapan mereka hidup?" kata peneliti yang lain, ahli geokronologi Lee Arnold dari University of Adelaide di Australia.

Individu-individu Sima berhubungan dekat dengan Neanderthal dan hidup selama masa Pleistosen Tengah, rentang waktu antara setengah juta tahun tempat para ilmuwan berusaha lebih memahami evolusi manusia.

"Kedua temuan ini penting untuk lebih memahami pola kompleks evolusi manusia di seluruh Eropa selama Pleistosen Tengah, setidaknya karena situs ini memiliki lebih dari 80 persen dari catatan fosil Pleistosen Tengah dari genus Homo," tambah Arnold.

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014