Sao Paulo (ANTARA News) - Ricardo Ramos terkejut saat menerima kedatangan Antara, RRI serta Suara Merdeka di rumahnya di Distrik Parque Sabara, Taubate, sebuah kota kecil sekitar 110 kilometer dari timur Sao Paulo, Brasil, Jumat (Sabtu WIB).

Anak pasangan Nelson dan Malvina Ramosiaria yang lahir di Taubate pada 5 Desember 1980 itu pernah bermain untuk Persatuan Sepak bola Surabaya (Persebaya).

Meski hanya bermain satu musim, ia ikut andil dalam mengantar klub berjuluk Bajul Ijo itu ke tangga juara Liga Indonesia pada 2004.

Anak kedua dari empat bersaudara itu mengaku tidak menduga akan kedatangan tamu dari negara yang jaraknya belasan ribu kilometer dari Brasil.

Kenangan sepuluh tahun lalu pun seperti kembali muncul, dengan bersemangat ayah satu anak laki-laki berusia satu tahun itu mengeluarkan beberapa kostum warna hijau yang masih disimpan rapi di lemari.

Selama memperkuat Persebaya, suami Tachiani itu rupanya rajin mengkliping berita-berita atau foto-foto di media Indonesia, terutama mengenai dirinya.

Di antara foto-foto tersebut ada potret selebrasi ia bersama Uston Nawawi dan Sugiantoro usai mencetak gol.

Satu musim di Indonesia belum membuat Ricardo mampu berbahasa Inggris, sehingga kakaknya, Rodrigo,  menjadi penerjemah dia saat bercakap-cakap dengan wartawan Indonesia.

"Kurniawan (Dwi Julianto) dimana sekarang? Ia adalah pemain yang bagus," katanya.

Sambil menikmati teh panas yang dia buat sendiri, Ricardo kemudian bercerita banyak tentang kenangan-kenangan indah selama memperkuat Persebaya.

"Saya menikmati saat-saat yang menyenangkan bersama Persebaya. Saya terkesan antusias para bonek saat memberikan dukungan di lapangan. Fanatisme mereka malah lebih hebat dibanding di Brasil," katanya.

Namun Ricardo juga mengungkapkan borok persepakbolaan di Indonesia, terutama menyangkut profesionalisme wasit.

"Di Indonesia, wasit bisa disuap dan saya tahu bahwa sering terjadi penyuapan terhadap wasit di kompetisi Indonesia," kata pria dengan tinggi 184cm itu.

Selama berada di Indonesia, Ricardo juga mengaku sempat pacaran dengan perempuan asal Surabaya yang dia kenal di sebuah pusat perbelanjaan.

Ricardo hanya menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal ketika ditanya nama pacarnya.

"Namanya saya sudah lupa, waktu itu berkenalan di pusat berbelanjaan di Tunjungan," katanya sambil tersenyum.

Setelah kembali ke Brasil, Ricardo sempat bergabung dengan klub divisi satu Gremio Barueri, Sao Paulo. Tapi cedera lutut yang cukup parah akibat kecelakaan itu membuat dia harus pensiun dini.

Saat ini Ricardo fokus mengembangkan usaha pusat kebugaran yang diberi nama New Fitness Center, hanya berjarak sekitar 300 meter dari rumahnya.

Pewarta: Atman Ahdiat
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014