Yang menarik saya kebanyakan apa yang terjadi di luar lapangan
Paris (ANTARA News) - Mereka tidak pernah mendapat gaji dengan nilai enam digit atau menjadi pahlawan olahraga. Mereka bermain dalam hujan, di stadion kosong. Tapi mereka punya semangat yang sama dengan para pemain profesional.

Saat laga Piala Dunia berlangsung di Brasil dan menuju final bulan depan, para pemain sepak bola amatir melanjutkan permainan untuk bersenang-senang.

"Mereka tidak bermimpi menjadi pemain terbaik dunia. Ini bukan demi uang. Mereka bermain tiga malam dalam sepekan karena mereka mencintai sepak bola," kata fotografer Prancis Amelie Debray kepada kantor berita AFP.

Fotografer yang berbasis di Paris itu melihat kesetiaan mereka saat merancang pertandingan amatir di Afrika Selatan dan Palestina tahun 2010 dan 2012.

Sekarang, menandai Piala Dunia 2014, salinan beberapa fotonya menghiasi dinding sepanjang Sungai Seine di Paris.

Salah satunya, seorang anak laki-laki Palestina dengan mangkuk kosong di atas kepala berdiri sendiri di stadion sepak bola yang telah ditinggalkan di Hebron. Ia terlihat tenggelam menyaksikan satu tim lewat.

"Ia telah menjual kudapan biji bunga matahari. Sekarang pekerjaannya usai dan dia menikmatinya," kata Debray.

Dalam potret yang lain, remaja-remaja perempuan berkerudung menyingsingkan seragam sekolah mereka, menembus rintik hujan demi mendukung tim mereka di kota Ladysmith, Afrika Selatan.

Di bawah satu payung mereka bertujuh tampaknya melupakan semua hal selain pertandingan itu. "Saat itu hujan tapi mereka sangat gembira menonton pertandingan, sangat demonstratif dan sangat terlibat," katanya.

Debray mengatakan foto-fotonya mencakup semua yang terjadi di sekitar lapangan. "Bukan pertandingannya. Saya suka sepak bola, tapi tidak terlalu. Yang menarik saya kebanyakan apa yang terjadi di luar lapangan," katanya.


Kebebasan sepak bola

Sementara getaran dan sensasi laga Piala Dunia menggenggam pemirsa televisi di seluruh dunia, Debray mengatakan pengalamannya membuat dia memahami sifat universal olahraga itu.

"Di manapun sama, mereka punya semangat yang sama," kata Debray.

"Beberapa pemain mungkin tidak punya ruang ganti, jadi mereka ganti baju di lapangan. Sebagian penggemar tidak dapat tempat dan menemukan kursi plastik untuk duduk," tambah dia.

Fotografer yang lain menunjukkan gambar pemain berusaha menangkap bola pada dinding yang memisahkan Israel dan Tepi Barat.

Di atas grafiti itu, yang tampaknya berada pada titik tempat dinding memotong kampus Al-Quds University menjadi dua, ada kalimat "kebebasan lewat sepak bola".

Bekas bek Prancis Lilian Thuram, penulis kata pengantar pada buku foto Afrika Selatan karya Debray yang berjudul "The Spirit of Sport", menyebut foto itu "menyentuh" dan "intens".

Thuram, anggota tim Prancis juara Piala Dunia pada 1998, mengatakan dia menyusuri Seine suatu pagi dan tak sengaja melihat pameran luar ruang "Lands of Soccer".

Dia mengatakan foto-foto itu mengingatkannya pada masa dia mulai bermain bola dengan kaki telanjang di luar rumah di Guadeloupe.  Gambar-gambar itu, kata dia, menunjukkan kekuatan abadi sepak bola untuk "menyatukan orang dari semua agama, ras dan pandangan politik berbeda."

Penerjemah: Maryati
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2014