Jakarta (ANTARA News) - Dalam debat ketiga calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) Komisi Pemilihan Umum (KPU), Joko Widodo (Jokowi) mengajak Prabowo Subianto untuk melihat ke depan untuk kepentingan bangsa Indonesia.

Pertanyaan ini terlontor sebagai respon Jokowi terhadap pertanyaan Prabowo yang mempertanyakan kebijakan era Presiden Megawati Soekarnowati yang menjual Indosat padahal perusahaan itu memiliki satelit informasi yang canggih dan penting.

"Jangan menyalahkan pemerintah yang dulu. Kondisi krisis dengan kondisi normal jelas berbeda. Saat nilai rupiah kita jatuh, sangat berbeda. Tidak bisa dibandingkan dengan tahun 1998, 2003, 2014. Kita tidak usah lihat ke belakang, saya maunya lihat ke depan. Ke depan kita ingin pertahanan kita baik pertahanan siber maupun hibrid, kita harus punya," kata Jokowi yang merupakan capres nomor urut dua.

Secara runut, Jokowi yang berbusana kain batik menjelaskan bahwa penjualan Indosat saat itu berlatar belakang krisis ekonomi yang berat pada tahun 1998. Pada saat Megawati menjadi presiden, "kondisi ekonomi masih tidak baik, bicara pada saat krisis. Keuangan APBN kita masih berat."

Dalam penjualan Indosat, Jokowi menjelaskan bahwa ada klausul perjanjian yang menyebutkan bahwa pemerintah Indonesia bisa membeli kembali saham tersebut. 

"Ada klausul kita bisa ambil kembali, hanya belum kita ambil kembali. Kuncinya satu, buyback saham itu, oleh sebab itu ekonomi ke depan harus di atas 7 persen," ujarnya.

Prabowo yang mencecar persetujuan Jokowi bahwa Indosat adalah perusahaan strategis dan sangat penting untuk tidak dijual, dibalas dengan penjelasan bahwa "masa itu adalah krisis dan terimbas krisis. Kita membutuhkan uang untuk menggerakkan anggaran. Yang bisa djual adalah barang itu, tentu saja itu kita lakukan."

Dengan catatan, lanjut Jokowi, "Masih bisa kita beli kembali. Untuk hal-hal yang sangat strategis, harus menjadi incaran kita. Tentu saja dengan harga yang wajar, jangan sampai kita membeli dengan harga yang tidak wajar."

Pewarta: Ella Syafputri
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014