Jakarta (ANTARA News) - Penderita diabetes khususnya tipe 2 agar mewaspadai perubahan pola makan memasuki Ramadhan karena dapat menimbulkan risiko komplikasi, di antaranya, rendahnya kadar gula darah (hipoglikemia), kata praktisi kedokteran FKUI Prof Dr Pradana Soewondo, SpPD-KEMD.

"Bagi pasien diabetes tipe 2 yang berpuasa, panjangnya jeda antara asupan makanan dan pengobatan diabetes tertentu dapat meningkatkan risiko terjadinya hipoglikemia," kata Pradana Soewondo yang juga guru besar ilmu penyakit dalam FKUI/RSCM disela peluncuran Program "Ramadhan Diabetes and Me" di Jakarta, Senin.

Dikatakannya, hipoglikemia terjadi ketika kadar gula dalam darah terlalu rendah untuk mencukupi kebutuhan tubuh.

Jika dibiarkan atau tidak segera diobati, hipoglikemia dapat menyebabkan masalah kesehatan serius termasuk kehilangan kesadaran, kejang-kejang dan membutuhkan perawatan darurat, katanya.

"Untuk mencegah hipoglikemia, dapat berkonsultansi dengan dokter. Ini penting bagi pasien untuk memenuhi rencana pengobatannya sesuai dengan asupan yang diresepkan oleh dokter demi menghindari fluktuasi kadar glukosa darah," ujarnya.

Menurut Pradana, terdapat sebanyak 4,2 persen penderita diabetes tipe 2 di Indonesia.

Selain itu, data lain juga menyebutkan Indonesia merupakan negara dengan penderita diabetes paling tinggi se-ASEAN.

Karena itu, ia mengatakan bahwa diabetes menjadi penting karena komplikasi yang ditimbulkan. Selain itu, penderita diabetes harus mengeluarkan biaya cukup besar untuk pengobatannya.

Diabetes juga menyebabkan pengeluaran tidak langsung yang tidak sedikit. Misalnya, karena sering berobat ke rumah sakit maka produktivitas menjadi terganggu. Tidak heran jika hanya 38 persen dari penderita diabetes yang bisa bekerja normal.

"Penyakit seperti stroke bisa menjadi komplikasi dari diabetes. Karena itu, bagi penderita diabetes yang mau berpuasa perlu perhatian khusus. Jangan sampai penderita diabetes masuk perawatan rumah sakit," katanya.

Bagi penderita diabetes dengan hipoglikemia tinggi selama tiga bulan terakhir maka penderita diabetes seperti ini tidak tidak disarankan untuk puasa. "Jika tetap ingin berpuasa, maka ketika gula darah turun bisa buka dan melanjutkan puasa setelah mendapat asupan makanan. Jadi penderita diabetes harus sering mengontrol gula darahnya," kata Pradana.

Enam Persen

Sementara itu, Business Unit Director Merck Sharp and Dohme (MSD) Indonesia Deni Y Martin mengatakan, penderita diabetes di Indonesia diperkirakan meningkat enam persen per tahun, melebihi angka pertumbuhan penduduk sebesar satu persen per tahun.

Menurut data Asia Diabet Federation tahun 2013, penderita diabetes di Indonesia saat ini berjumlah 8,5 juta.

Lembaga ini juga memperkirakan tahun 2035 penderita diabetes mencapai 14 juta. Terjadi peningkatan penderita diabetes 6 persen per tahun. Sementara jumlah pertumbuhan penduduk hanya satu persen. "Ini terkait dengan kemakmuran dan gaya hidup masyarakat yang lebih baik," kata Deni Y Martin.

Untuk menghadapi Ramadhan tahun ini, Deni mengatakan bagi penderita diabetes yang ingin berpuasa harus lebih hati-hati khususnya penderita diabetes tipe 2. Hasil penelitan menunjukkan pola makan yang berubah selama berpuasa dapat menimbulkan risiko komplikasi di antaranya rendahnya kadar gula darah.

Mengingat pentingnya mengetahui kadar gula dalam darah menjelang puasa ini, Merck Sharp and Dohme membantu penderita diabetes untuk mengetahui apa saja yang harus dilakukan jika akan berpuasa selama Ramadhan. Petunjuk tersebut terdapat pada perangkat lunak yang bisa diunduh juga berupa buklet.

Aplikasi gratis tersebut merujuk pada American Diabetes Association (ADA) bertajuk "Ramadan Diabetes and Me" dalam Bahasa Indonesia di Google Play Store mulai 20 Juni hingga 29 Agustus 2014.

(Z003/S023)

Pewarta: Zita Meirina
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014