Jakarta (ANTARA News) - Pimpinan DPR RI di Jakarta, Rabu, berdialog dengan organisasi pers, pimpinan media, dan akademisi dari Universitas Indonesia bertema "Seruan Pilpres Damai, Luber dan Jurdil bersama Insan Pers".

Direktur Eksekutif Centre for Election and Political Party (CEPP) UI Chusnul Mariyah selaku fasilitator mengatakan bahwa pertemuan itu untuk mengajak media berperan aktif dalam penyelenggaraan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 9 Juli 2014.

Pimpinan DPR yang menerima delegasi dalam pertemuan di ruang pimpinan DPR RI itu adalah Wakil Ketua DPR RI Pramono Anung dan Priyo Budi Santoso serta Ketua Komisi II DPR RI Agun Gunanjar Sudarsa.

Sementara dari organisasi pers yang hadir adalah Ketua Dewan Pers Bagir Manan, Pengajar Lembaga Pendidikan Pers Dr Soetomo Sabam Leo Batubara, Ketua Forum Pemred Nurjaman Mochtar beserta sejumlah pengurus lainnya.

Pertemuan itu menghasilkan kesepahaman bagi insan pers untuk menjaga netralitasnya sebagai upaya untuk menegaskan posisi dan fungsi pers sebagai pilar demokrasi keempat, setelah kekuatan eksekutif, legislatif, dan yudikatif.

Batubara antara lain menyoroti persoalan "perpecahan" pers yang semakin meruncing dan berpotensi menimbulkan konflik, lantaran tidak ada pengertian bersama dan kurang seriusnya dukungan pemerintah dalam kampanye Pilpres Damai.

Media yang menyiarkan berita negatif apalagi tentang isu sensitif, seharusnya melakukan klarifikasi dan verifikasi, katanya.

Menurut Batubara, jika tidak dilakukan maka berita itu dianggap fitnah dan menghakimi.

"Kalau pers seharusnya bisa cover both side," katanya.

Nurjaman Mochtar antara lain mengatakan pemberitaan saat ini masih dalam kisaran yang wajar dan sesuai dengan kaidah jurnalistik, namun ada pengecualian untuk "Obor Rakyat" karena dianggap bukan produk pers dengan berbagai pertimbangan.

"Sekarang yang tertinggal adalah sangat pentingnya masyarakat melek media supaya dapat melihat isi berita lebih cermat," katanya.

Pramono Anung mengajak seluruh elemen media menyatukan kekuatan untuk mengawasi penyelenggaraan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden agar berjalan dengan penuh kegembiraan, luber dan jurdil.

Ia berharap insan pers bisa menjaga suasana damai, baik sebelum maupun sesudah Pilpres.

"Saya berharap media massa baik itu cetak, elektronik maupun online tidak menjadikan dukungan terhadap salah satu calon menjadi alasan untuk terpecah belah karena efeknya akan sangat dahsyat," ujar Wakil Ketua DPR dari fraksi PDIP itu.

Priyo Budi Santoso memandang bahwa boleh saja pers itu terbagi dua dalam pemberitaannya asal masih dalam jalur jurnalistik yang benar.

"Pers itu memang sudah sewajarnya memihak dan terbagi dalam pemberitaannya namun harus dalam jalur yang wajar dan dapat dipertanggungjawabkan," katanya.

Priyo yang salah seorang Ketua DPP Partai Golkar dan Ketua Umum MKGR (Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR) berharap pers berkomitmen penuh untuk bergerak dalam jalurnya sehingga dapat menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sementara Agun Gunanjar Sudarsa menyatakan media memiliki peran vital dalam pemilu terutama dalam memberikan pengaruh bagi para pemilih.

"Media juga berperan dalam terbentuknya kubu pendukung pasangan capres-cawapres di kalangan grassroot. Saya harap insan media bisa menjaga supaya pertarungan kedua kutub ini tidak terbawa sampai menimbulkan konflik berkepanjangan," katanya.

(B009/T007)

Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014