Kedua kandidat cawapres, baik Pak Hatta maupun Pak JK kan sama-sama dikenal memiliki pengalaman dan sejarah panjang sebagai birokrat. Kapabilitas keduanya berimbang."
Semarang (ANTARA News) - Pengamat politik Universitas Diponegoro Semarang Teguh Yuwono menilai kapabilitas Jusuf Kalla dan Hatta Rajasa berimbang dalam debat calon wakil presiden pada 29 Juni lalu.

"Kedua kandidat cawapres, baik Pak Hatta maupun Pak JK kan sama-sama dikenal memiliki pengalaman dan sejarah panjang sebagai birokrat. Kapabilitas keduanya berimbang," katanya di Semarang, Senin.

Pada debat cawapres yang berlangsung semalam (29/6), pengajar FISIP Undip itu menjelaskan kedua kandidat berangkat dari sisi yang berbeda dalam menawarkan program-programnya untuk lima tahun ke depan.

Ia mengatakan Hatta Rajasa banyak menggunakan program model pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono untuk membangun Indonesia lima tahun ke depan, baik pendidikan maupun ilmu pengetahuan dan teknologi.

"Semisal, Pak Hatta menilai ujian nasional (UN) sudah bagus, pengembangan iptek selama ini juga sudah bagus. Keduanya hanya tinggal diteruskan. Tidak jauh berbeda dengan program SBY," katanya.

Sementara, kata dia, JK menawarkan sesuatu yang baru dalam bidang pendidikan dan teknologi, yakni revolusi mental yang lebih banyak menonjolkan pendidikan budi pekerti dan karakter dalam pengembangannya.

Menurut dia, "starting point" (titik awal) program yang diambil keduanya sangat berbeda sehingga masyarakat yang seharusnya lebih bisa menilai mana di antara kedua program yang dianggap unggul.

"Kalau masyarakat suka program baru ya pilihannya pada JK, tetapi jika masyarakat merasa program-program pendidikan dan iptek sekarang ini sudah mapan ya pilihannya pada Hatta Rajasa," ungkapnya.

Namun, Teguh menilai penampilan kedua kandidat dalam debat cawapres tersebut relatif berimbang karena sama-sama memiliki kapabilitas dan menguasai materi meski secara "performa" lebih unggul Hatta Rajasa.

"Ya, selisihnya tidak begitu jauh. Cara bicara Hatta Rajasa memang lebih tertata, emosionalnya juga lebih terjaga. Kalau JK kan cenderung lebih spontan. Namun, secara materi dan kapabilitas berimbang," tuturnya.

Oleh karena itu, kata Teguh, masyarakat lah yang bisa menilai sendiri yang terbaik di antara kedua kandidat, baik dari kelebihan dan kekurangannya yang diperlihatkan saat mengikuti debat cawapres.  (ZLS/I007)

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014