Kairo (ANTARA News) - Seorang kolonel polisi Mesir tewas dan enam orang lain terluka, Senin, ketika dua bom meledak di dekat istana kepresidenan Kairo, kata polisi, beberapa hari setelah kelompok gerilyawan memperingatkan mereka telah menanam bahan-bahan peledak di sana.

Serangan itu terjadi hampir setahun pada hari ketika militer menggulingkan Presiden Mohamed Moursi dari kubu Islam, melepaskan satu tindakan keras terhadap pendukungnya dan kampanye militan yang mematikan.

Hal itu tidak segera jelas apakah Presiden Abdel Fattah al-Sisi, mantan panglima militer yang memimpin penggulingan Moursi, berada di istana pada saat ledakan bom kembar itu terjadi.

Para perwira polisi mengatakan bom pertama meledak melukai tiga pembersih jalan, sedangkan yang kedua meledak membunuh kolonel dan melukai tiga polisi ahli penjinak bom yang berupaya menjinakkannya.

Sementara itu, sehari sebelumnya, sejumlah pria bersenjata membunuh empat polisi Mesir di Sinai utara yang bergolak, menurut satu sumber keamanan. Polisi menyalahkan serangan itu pada pelaku jihad militan "takfiri".

Para gerilyawan di Semenanjung Sinai telah meningkatkan serangan terhadap tentara dan polisi, sejak militer menggulingkan Presiden Moursi Juli lalu.

Satu sumber keamanan mengatakan para pria itu tewas "di jalan antara kota-kota Rafah dan El-Arish di Sinai utara ketika elemen takfiri memaksa mobil pick-up yang mereka kendarai berhenti, membuat empat polisi keluar dan menembaki mereka ".

Polisi itu kembali ke pos mereka setelah akhir pekan, kata Sumber, dan menambahkan bahwa para penyerang melarikan diri ke padang gurun pasir.

Sebagian besar serangan gerilyawan telah memukul bagian utara, yang sebagian besar padang pasir Semenanjung Sinai, tetapi mereka juga memperluas jangkauan mereka ke Kairo dan Delta Nil.

Penembakan Sabtu terjadi hanya beberapa jam setelah pemboman menewaskan dua orang di satu kota pinggiran Kairo.

Perangkat darurat di gedung telekomunikasi dalam pembangunan dan 6 Oktober diledakkan dengan sinyal telepon selular, kata polisi, demikian AFP.

(H-AK)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014