Sebenarnya kami lebih berharap produk bioetanol ini untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri sebagai energi alternatif, setelah makin menipisnya cadangan energi fosil. Akan tetapi, pemerintah belum memberikan respons positif dan harganya juga lebih rend
Mojokerto (ANTARA News) - PT Perkebunan Nusantara X (Persero) melalui anak usahanya PT Energi Agro Nusantara melakukan pengiriman ekspor perdana produk bioetanol "fuel grade" sebanyak 4.000 kiloliter ke Filipina.

Pelepasan truk tangki pengangkut bioetanol ekspor dilakukan Direktur Utama PTPN X Subiyono dan Direktur Utama PT Energi Agro Nusantara (Enero) Agus Budi Hartono di lokasi pabrik di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Rabu.

Pengiriman 4.000 KL bioetanol pesanan sebuah perusahaan di Filipina itu dilakukan dalam dua tahap melalui Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah.

"Kami terpaksa mengirim barang melalui Semarang, karena di Pelabuhan Tanjung Emas ada tangki khusus untuk mengirim bioetanol. Sebelumnya kami sudah survei ke pelabuhan di Surabaya, Gresik dan Pasuruan, tapi tidak menemukan tangki yang kami butuhkan," kata Agus Budi.

Ia mengemukakan sebelumnya ada beberapa negara yang berminat membeli produk bioetanol dari PT Enero, seperti Jepang dan Singapura, namun penawaran harga yang diberikan tidak sebagus dari Filipina.

"Sebenarnya kami lebih berharap produk bioetanol ini untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri sebagai energi alternatif, setelah makin menipisnya cadangan energi fosil. Akan tetapi, pemerintah belum memberikan respons positif dan harganya juga lebih rendah dibanding ekspor," tambah Agus Budi.

Menurut ia, harga bioetanol fuel grade dengan tingkat kemurnian 99,5 persen di dalam negeri sekitar Rp7.000-Rp7.500 per liter, sementara di pasar ekspor bisa mencapai Rp8.500-Rp9.000 per liter.

Sementara itu, Dirut PTPN X Subiyono menambahkan ekspor perdana ini menjadi awal mula dari upaya perseroan untuk memacu kinerja pabrik bioetanol pada masa mendatang.

Pabrik bioetanol produksi anak usaha PTPN X yang beroperasi di Mojokerto, memiliki desain kapasitas produksi 30.000 kiloliter per tahun. Bioetanol itu dihasilkan dari pengolahan hasil samping industri gula berupa tetes tebu dengan kebutuhan sekitar 120.000 ton per tahun yang disuplai pabrik gula milik PTPN X.

Kendati mampu menembus pasar ekspor, Subiyono mengaku kecewa dengan respons pasar dalam negeri yang minim terhadap pemanfaatan bioetanol untuk menopang ketahanan energi. Selain itu, pemerintah juga tidak serius mendorong pemanfaatan bahan bakar nabati seperti bioetanol yang dibuat dari tetes tebu (molases).

"Banyak orang bicara kedaulatan energi, tapi mana kenyataannya? Negeri kita impor BBM terus, karena realisasi produksi minyak menurun dan cadangan minyak bumi menipis. Sekarang ada potensi bioetanol yang sifatnya terbarukan dan ramah lingkungan, kok malah tidak dioptimalkan," tutur Subiyono.

Saat ini, PTPN X masih menjajaki kerja sama ekspor dengan sejumlah pihak lain di luar negeri, di antaranya Korea Selatan, Taiwan dan Belanda.

"Ada beberapa perusahaan yang sudah menyatakan minat terhadap produk bioetanol kami. Sudah ada pembicaraan dan semoga bisa segera terealisasi kontrak jual belinya. Tapi, sejujurnya saya kecewa karena niat bangun pabrik dulu adalah untuk menopang kedaulatan energi Indonesia, bukan untuk energi negara lai," tegas Subiyono. ***2***



Pewarta: Didik Kusbiantoro
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014