Beijing (ANTARA News) - Murid sekolah dan pegawai negeri sipil (PNS) muslim Barat Daya Tiongkok, di mana Beijing menegakkan aturan keras keamanan menyusul kerusuhan yang mematikan, telah diperintahkan untuk menghindari ikut ambil bagian dalam puasa tradisional selama bulan suci Ramadhan.

Laporan yang diunggah pada Rabu di situs sekolah, instansi pemerintah dan organisasi partai lokal di wilayah Xinjiang mengatakan larangan itu ditujukan untuk melindungi kesejahteraan siswa dan mencegah penggunaan sekolah dan kantor pemerintah untuk mempromosikan agama.

Laporan di situs-situs organisasi partai setempat mengatakan anggota partai resmi atheis berkuasa juga harus menghindari puasa.

"Tak ada guru yang dapat berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan, menanamkan pemikiran keagamaan pada siswa atau memaksa siswa ke dalam kegiatan keagamaan," kata sebuah pernyataan di situs No 3 Kelas Sekolah di Ruoqiang County, Xinjiang.

Larangan serupa telah diberlakukan di masa lalu pada puasa Ramadhan, yang dimulai saat matahari terbenam hari Sabtu. Tapi tahun ini luar biasa sensitif karena Xinjiang berada di bawah pengamanan ketat menyusul serangan yang oleh pemerintah disalahkan pada ekstremis Muslim dengan ikatan teroris asing.

Kekerasan telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir di Xinjiang. Partai yang berkuasa menyalahkan ekstremis, mengatakan ingin kemerdekaan, sementara anggota kelompok etnis Uighur di wilayah itu mengeluh bahwa diskriminasi dan pembatasan agama, seperti larangan untuk mengajak anak-anak ke masjid, yang memicu kemarahan di etnis mayoritas Han Cina.

Sebuah serangan pada 22 Mei di ibukota regional Urumqi oleh empat orang yang melemparkan bom di sebuah pasar sayuran menewaskan 43 orang. Pada tanggal 22 Juni, polisi di Kashgar di barat jauh mengatakan mereka menewaskan 13 penyerang yang mengendarai mobil ke gedung polisi dan menyalakan bahan peledak, melukai tiga petugas. Pihak berwenang menyalahkan dua serangan lain di stasiun kereta api di Urumqi dan di barat daya China pada ekstremis Muslim.

Pemerintah menanggapi dengan tindakan keras yang mengakibatkan lebih dari 380 penangkapan dalam satu bulan dan rapat umum untuk mengumumkan hukuman.

Partai yang berkuasa waspada terhadap kegiatan keagamaan. Mereka khawatir itu bisa berfungsi sebagai titik kumpul bagi penentangan terhadap kekuasaan satu partai. Kontrol ibadah sangat sensitif di Xinjiang dan di negara tetangga Tibet, di mana keyakinan agama memainkan peran besar dalam budaya lokal.

Pada hari Selasa, pihak berwenang di beberapa komunitas di Xinjiang mengadakan perayaan ulang tahun berdirinya Partai Komunis dan melayani makanan untuk menguji apakah tamu Muslim sedang berpuasa, demikian menurut Dilxat Raxit, juru bicara di Jerman untuk kelompok hak asasi Kongres Uighur Dunia.

"Hal ini akan menyebabkan lebih banyak konflik jika Tiongkok menggunakan langkah-langkah koersif untuk memerintah dan untuk menantang keyakinan Uighur," kata Dilxat Raxit dalam sebuah email.

Partai yang berkuasa mengatakan agama dan pendidikan harus disimpan terpisah dan mahasiswa tidak harus tunduk pada pengaruh agama. Peraturan itu jarang diberlakukan untuk anak-anak dari China Han, yang, jika mereka memiliki agama, sebagian besar Buddhis, Taois atau Kristen.

"Siswa tidak seharusnya berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan, mereka tidak akan mempelajari skrip atau membaca puisi di naskah dan paduan suara kelas, mereka tidak akan memakai lambang agama, dan tidak ada orang tua atau orang lain dapat memaksa siswa untuk memiliki keyakinan agama atau ikut serta dalam kegiatan keagamaan," kata pernyataan di situs sekolah dasar di Ruoqiang County.

Sebuah portal berita yang dijalankan oleh pemerintah Yili di bagian utara Xinjiang mengatakan puasa merugikan kesejahteraan fisik siswa muda, yang seharusnya makan secara teratur.

Di kota Bole, pensiunan guru dari Sekolah Menengah Wutubulage dipekerjakan kembali untuk berjaga di masjid dan mencegah siswa masuk, menurut sebuah pernyataan di situs komite partai kota.

Di Bole, Radio dan Televisi Universitas Bozhou mengatakan di situsnya mereka mengadakan pertemuan dengan guru yang masih bekerja dan pensiunan guru minoritas pada hari pertama Ramadhan untuk mengingatkan mereka tentang larangan puasa.

Biro kehutanan di Xinjiang Zhaosu county mengadakan acara sehari sebelum Ramadhan di mana kader partai menandatangani janji mereka dan keluarga mereka akan "tegas menolak puasa," menurut sebuah pernyataan di situs komite partai lokal.

Biro Cuaca Moyu di daerah Hotan mengatakan pada situs webnya bahwa karyawan Muslim, baik aktif maupun pensiunan, diminta untuk menandatangani surat perjanjian untuk tidak berpuasa.

Biro komersial untuk Turpan, sebuah kota oasis di padang gurun, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa PNS yang "dilarang" untuk berpuasa atau melakukan ritual doa Salat di masjid, demikian AP melaporkan.(*)

Penerjemah: Ida Nurcahyani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014