Kampanye yang melibatkan `endorsement` tokoh-tokoh berintegritas tinggi, artis, dan selebritis di sosial media dengan gerakan #AkhirnyaMemilihJokowi itu mampu mendongkrak dukungan Jokowi-JK di segmen pemilih menengah atas,"
Jakarta (ANTARA News) - Hasil analisis survei nasional Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Network mencatat terjadi kebangkitan kembali elektabilitas pasangan capres-cawapres Joko Widodo dan Jusuf Kalla, salah satunya dari gerakan #AkhirnyaMemilihJokowi yang ramai di sosial media menjelang kampanye berakhir.

"Kampanye yang melibatkan endorsement tokoh-tokoh berintegritas tinggi, artis, dan selebritis di sosial media dengan gerakan #AkhirnyaMemilihJokowi itu mampu mendongkrak dukungan Jokowi-JK di segmen pemilih menengah atas," kata periset LSI Network Fitri Hari saat konferensi pers di kantor LSI Network, Jakarta, Senin.

Gerakan memilih Jokowi lewat hashtag #AkhirnyaMemilihJokowi menjadi trending topik dunia di Twitter setelah diramaikan oleh sejumlah artis pada pekan lalu. Tercatat beberapa artis yang menyatakan dukungannya lewat hashtag tersebut seperti penyanyi Sherina, Afghan, Sophia Latjuba, Gita Gutawa, Andien, dan artis lainnya yang memiliki banyak follower.

Sejumlah artis juga membuat video "60 detik buat kamu yang masih bingung" yang berisi testimoni mereka mengapa memilih Jokowi, salah satunya dari penyanyi dan penulis Dewi "Dee" Lestari, Wanda Hamidah, Nia Dinata, Joko Anwar, dan banyak lainnya.

Selain itu, acara puncaknya digelar Konser "Ngabuburit Akbar Salam 2 Jari" untuk pemenangan Jokowi-JK yang melibatkan sekitar 200 musisi papan atas. Konser yang digelar di Gelora Bung Karno pada Sabtu (5/7) berhasil membuat GBK dipadati para pendukung Jokowi-JK.

Menjelang pertarungan akhir pada Pilpres 2014, tren elektabilitas Joko Widodo-Jusuf Kalla kembali meningkat dengan memperlebar selisih dukungan dari lawannya Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.

Dari hasil survei yang dilakukan pada 2-5 Juli 2014, Prabowo-Hatta memperoleh dukungan 44,20 persen sedangkan Jokowi-JK mencapai 47,80 persen artinya selisih elektabilitas kedua capres sebesar 3,60 persen. Sebelumnya pada akhir survei 25-29 Juni 2014 selisih kedua capres hanya 0,5 persen.

Menurut Fitri, LSI merekam dinamika persaingan Prabowo-Jokowi melalui "tracking survey" yang digelar sejak September 2013. Hingga akhir Juni 2014, dukungan Prabowo-Hatta terus menaik dan mendekati Jokowi-JK.

"Namun memasuki masa tenang, survei menunjukkan terjadi kebangkitan elektabilitas Jokowi-JK. Dukungan terhadap Jokowi-JK kembali menguat dan mampu melebarkan jarak dengan elektabilitas Prabowo-Hatta," jelas Fitri.

Faktor lain yang menyebabkan terjadinya "kebangkitan kembali" Jokowi-JK dalam seminggu terakhir ini, lanjut Fitri, yakni terjadinya penguatan dukungan terhadap pasangan Jokowi-JK di segmen pemilih "wong cilik".

Penguatan pada segmen ini merupakan efek dari kampanye masif door to door yang berisikan janji program 100 Hari Pemerintahan Jokowi-JK, Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang sangat menyentuh segmen pemilih wong cilik.

"Pada segmen pemilih ini, isu pendidikan dan kesehatan menjadi concern utama mereka," ujar Fitri.

Ia menambahkan, berbagai publikasi isu dan program yang lebih segar, baru, dan konkret dalam seminggu terakhir oleh Jokowi-JK mampu menarik simpati dan keyakinan pemilih baik pemilih menengah atas maupun pemilih menengah bawah.

Isu dan program tersebut diantaranya berupa janji 3 Peraturan Presiden dalam 100 Hari, lima kontrak dengan rakyat, dan 9 program nyata yang dipublikasikan masif terutama lewat serangkan darat.

"Bergeraknya semua mesin pendukung Jokowi-JK baik mesin partai dan relawan secara masif mampu menggalang kembali kekuatan Jokowi-JK. Bergeraknya semua mesin pendukung ini salah satunya dipicu oleh hasil aneka survei yang menunjukkan pertarungan semakin ketat dari kedua capres," tambah Fitri.

Pemilu Presiden, 9 Juli 2014 diikuti dua pasangan capres, yaitu Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla.

(M047/E005)

Pewarta: Monalisa
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014