Bagi kami yang menjadi ancaman juga adalah kurs rupiah yang melemah, bersyukur nilai rupiah kembali menjadi Rp12.000 per dolar AS,"
Jakarta, (ANTARA News) - Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) mewaspadai pelemahan nilai tukar kurs rupiah terhadap dolar AS karena berpengaruh pada biaya produksi khususnya bahan baku yang banyak diimpor.

"Bagi kami yang menjadi ancaman juga adalah kurs rupiah yang melemah, bersyukur nilai rupiah kembali menjadi Rp12.000 per dolar AS," kata Ketua Umum GAPMMI Adhi S Lukman di Jakarta, Senin.

Adhi menilai kurs rupiah Rp12.000 per dolar AS bisa meredam kenaikan biaya-biaya produksi karena bahan baku industri makanan banyak berasal dari impor.

Dia mengatakan industri makanan dan minuman akan berusaha agar tidak ada kenaikan harga pokok yang terlalu tinggi.

"Kami menjaga agar biaya produksi tidak membengkak melalui inovasi produk, dan peningkatan teknologi kemasan misalnya untuk produk susu kental manis sebelumnya menggunakan kaleng maka saat ini menggunakan plastik," ujarnya.

Adhi berharap pemerintah bisa mendukung industri tersebut berkembang misalnya harmonisasi regulasi dan intensif bunga untuk barang modal sehingga bisa berkembang.

Dia mengatakan harga makanan dan minuman tidak akan naik hingga lebaran 2014, meskipun kenaikan harga Tarif Dasar Listrik untuk industri sudah naik. Hal itu menurut dia karena pelaku industri makanan dan minuman masih melihat perkembangan hingga pasca lebaran 2014.

Selain itu menurut dia apabila saat ini ada kenaikan harga makanan, itu merupakan bahan segar dengan kadarluarsa yang singkat seperti telur dan daging. Namun menurut dia kenaikan itu masih dalam tahap wajar yaitu sebesar 20-30 persen, dibandingkan tahun lalu bisa mencapai 50-70 persen.

Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014