Moskow (ANTARA News) - Masyarakat internasional mesti menggabungkan upaya guna mencegah Irak dan Suriah terpecah-belah, kata seorang diplomat senior Rusia pada Senin.

"Kami beranjak dari kenyataan bahwa Irak dulu dan nanti akan tetap menjadi satu negara ... Rusia berharap semua mitra regional dan Baratnya akan bersatu dalam keinginan bersama mereka untuk membantu rakyat Irak memelihara kedaulatan dan persatuan wilayah mereka," kata Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Mikhail Bogdanov kepada wartawan.

Ia menambahkan seruan serupa berlaku buat Suriah.

Ia mengatakan pelaku teror di Timur Tengah dapat menciptakan kesatuan seperti negara baru dengan dasar "ideologi dan filsafat agama yang sangat agresif" jika Pemerintah Irak dan Suriah menyerah pada tindakan kaum fanatik.

"Untuk memotivasi rakyat Suriah agar menyetujui perundingan yang lebih produktif, ada gagasan untuk mengundang semua negara yang mampu untuk secara positif mempengaruhi mereka," kata Bogdanov, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Senin malam. Ia menyebutkan Turki, Iran, Mesir dan Arab Saudi, di antara negara yang dapat bergabung dalam upaya Rusia dan AS untuk melanjutkan pembicaraan Jenewa mengenai penyelesaian krisis Suriah.

Negara Islam di Irak dan Levant (ISIL), cabang kelompok Al Qaida, belum lama ini memproklamasikan berdirinya "Kekhalifahan Islam", yang mencakup Suriah dan Irak, dan mengubah namanya jadi "Negara Islam".

ISIL menyatakan tujuan mereka ialah "untuk mendirikan Negara Islam di Irak dan Suriah untuk memerangi Pemerintah Syiah pimpinan Perdana Menteri Irak Nuri Al-Maliki dan Pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad.

ISIL, kelompok sempalan Al Qaida, telah membuat sebanyak 30.000 orang mengungsi dari satu kota kecil di Suriah Timur setelah belum lama ini merebut kota itu, kata Observatorium Suriah bagi Hak Asasi Manusia, Ahad (6/7).

Kelompok tersebut --yang dipimpin oleh Abu Bakr Al-Baghdadi, yang mengomandani puluhan ribu petempur-- mengatakan tujuan mereka ialah mendirikan Negara Islam di Irak dan Suriah untuk memerangi Pemerintah Syiah Perdana Menteri Irak Nuri Al-Maliki dan Pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad. Jabatan senior pemerintah Bashar diisi oleh tokoh minoritas Alawi, asal Bashar dan cabang kelompok Syiah.

Warga sipil itu dipaksa meninggalkan rumah mereka pada akhir pekan dan mengungsi ke daerah yang berdekatan di Provinsi Deir Az-Zour, kata laporan tersebut.

Shahel, Kota kecil di pinggiran Provinsi penghasil minyak Deir Az-Zour di Suriah Timur, adalah kubu Front An-Nusra, yang memiliki kaitan dengan Al Qaida dan telah terlibat bentrokan melawan ISIL.

Front An-Nusra mundur dari Shahel setelah banyak kelompok gerilyawan di sana menjanjikan kesetiaan buat ISIL.

Sementara itu, hampir separuh ladang minyak di Provinsi Deir Az-Zour telah jatuh ke dalam kekuasaan ISIL, kecuali satu ladang minyak di pinggirannya, kata laporan tersebut.
(C003)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014