Penyelesaian atas semua masalah ini hanya dapat dilakukan melalui jalan politik."
Bangui (ANTARA News) - Menteri Pertahanan Prancis Jean-Yves Le Drian, Senin, memperingatkan bahwa kekerasan di Republik Afrika Tengah (CAR) menjadi "lebih parah" saat ia memulai kunjungan ke bekas jajahan Prancis itu.

Ia mengatakan usaha politik untuk menghentikan kemelut itu buntu, kendati pemimpin baru negara tersebut dipilih enam bulan lalu, dan kemacetan itu semakin meningkatkan ketegangan warga Kristen dengan Muslim, lapor AFP.

"Penyelesaian atas semua masalah ini hanya dapat dilakukan melalui jalan politik," katanya kepada AFP sebelum tiba di ibu kota Bangui, Senin.

Presiden sementara CAR Catherine Samba Panza berkuasa Februari dalam usaha menghentikan aksi kekerasan sektarian yang meletus ketika aliansi Seleka yang dikuasai Muslim merebut kekuasaan dalam kudeta Maret 2013.

Serangan oleh mantan anggota kelompok sempalan Seleka memicu mayoritas Kristen membentuk milisi "anti-balaka" (anti-pisau) yang menimbulkan gelombang saling membunuh.

Beberapa orang tewas dalam bentrokan antara kelompok-kelompok yang bermusuhan di kota Dekoa Ahad, kata seorang polisi yang tidak bersedia namanya disebutkan kepada AFP.

Di utara, setidaknya tiga orang dibunuh oleh para pria bersenjata yang naik sepeda motor-sepeda motor menyerbu desa Kouki dan menembaki penduduk, kata satu sumber dalam pasukan perdamaian.

Sekitar 34 warga Muslim juga cedera, empat luka parah akibat satu serangan granat di satu masjid dekat perbatasan Chad, tambah satu sumber MISCA.

Ribuan orang tewas dan sekitar seperempat dari 4,5 juta jiwa penduduk negara itu mengungsi akibat konflik itu. Banyak warga Muslim meninggalkan rumah-rumah mereka dengan sejumlah lainnya mengungsi di kamp-kamp.

Le Drian mengatakan Samba Panza tidak mampu "memulai kembali proses politik, yang macet" dan memperingatkan bentrokan-bentrokan antara para petempur lokal dan pasukan perdamaian internasional meningkat.

Pasukan Prancis beroperasi di negara itu berdasarkan satu mandat PBB bersama dengan sekitar 5.800 tentara dari kontingen internasional Afrika, MISCA yang digelar oleh Uni Afrika dengan satu mandat untuk membantu keamanan, memulihkan stabilitas dan melindungi penduduk.

Pasukan anti-balaka berlindung di kalangan massa untuk menyerang pasukan Prancis berkekuatan 2.000 personil yang dikenal dengan Operasi Sangaris.

Le Drian mengatakan bahwa kendatipun ada beberapa konflik langsung antara kelompok-kelompok bermusuhan dan pasukan perdamaian, "bentrokan-bentrokan menjadi semakin serius".

Kelompok-kelompok lokal menjadi lebih radikal "karena orang tidak dapat mengharapkan satu masa depan bagi seluruh negara itu," katanya.

Ia mengatakan ia berencana untuk berunding dengan Samba Panza tentang pemulihan "satu rantai" polisi, hakim dan penjara, dengan mengatakan bahwa "kita lebih banyak berurusan dengan kelompok penjahat ketimbang tentara".


Penerjermah: Rafaat Nurdin

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014