Amman (ANTARA News) - Anggota Majelis Rendah Jordania pada Selasa mengutuk pembunuhan seorang remaja Palestina oleh ekstremis Yahudi, demikian laporan kantor berita resmi Jordania, Petra.

Majelis dengan 150 anggota tersebut, yang menyuarakan kesedihannya dan penyesalan mengenai pembunuhan remaja lelaki Palestina, mencap kejahatan itu sebagai perbuatan keji, lapor Xinhua.

Majelis tersebut juga mengutuk perbuatan Israel di Jerusalem Timur dan menghalangi orang Palestina yang ingin beribadah memasuki Masjid Al-Aqsha. Tindakan itu merupakan provokasi nyata terhadap perasaan umat Muslim.

Masjid Al-Aqsha adalah tempat suci ketiga umat Muslim di Jerusalem Timur, tempat Jordania menjadi pengawas semua tempat suci umat Muslim dan Kristen.

Menteri Negara Jordania Urusan Media Mohammad Momani mengutuk Israel, dan mengatakan itu adalah pelanggaran nyata dan provokasi terhadap perasaan umat Muslim, terutama selama bulan suci Ramadhan.

Momani menyeru masyarakat internasional agar berusaha sekuat mungkin untuk mengakhiri pelanggaran Israel di Jerusalem. Ia juga mengutuk pembunuhan tiga remaja Palestina di Tepi Barat Sungai Jordan dan mendesak agar para pelakunya diseret ke pengadilan.

Pada Ahad (6/7), polisi dan anggota Dinas Keamanan Israel --Shin Bet-- menangkap enam tersangka. Mereka percaya pembunuhan tersebut dilakukan dengan alasan "nasionalistik", untuk membalas pendulikan dan pembunuhan tiga remaja Yahudi pada Juni.

Tersangka pembunuh remaja Palestina adalah warga Yahudi di Jerusalem dan Beit Shemesh, permukiman kelas bawah Yahudi di Jerusalem.

Muhammad Abu Khdeir (16) diculik pada Rabu pagi (2/7) di Shuafat, permukiman Palestina di Jerusalem, ketika ia akan pergi ke masjid setempat untuk Shalat Subuh.

Pembunuhan brutal itu memicu protes keras di Jerusalem dan sebanyak setengah lusin lagi kota besar Arab di seluruh Israel.


Penerjemah: Chaidar Abdullah

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014