Washington (ANTARA News) - Angkatan Laut Amerika Serikat mulai bekerja untuk "menetralkan" senjata kimia Suriah di sebuah kapal di Laut Mediterania dalam operasi, yang belum pernah dilakukan dan diperkirakan berjalan sekitar dua bulan, kata Pentagon, Senin.

MV Cape Ray, yang dilengkapi dengan mesin hidrolisis portabel, melakukan hal itu setelah menerima muatan 600 metrik ton bahan kimia di pelabuhan Italia pada 2 Juli, kata Juru Bicara Kolonel Steven Warren kepada wartawan.

"Kami berharap neutralisasi berlangsung sekitar 60 hari," kata Warren.

Kecepatan pekerjaan akan bergantung pada cuaca dan kondisi di laut, katanya.

Setelah memusnahkan zat kimia yang berbahaya ke tingkat zat yang setara dengan limbah industri, olahannya akan diangkut ke Finlandia dan Jerman untuk pembuangan akhir, katanya.

Suriah menyerahkan gas sulfur dan perkusor untuk membuat gas Sarin di bawah kesepakatan yang didukung PBB dan AS-Rusia untuk menghindari serangan udara Barat terhadap rezim tersebut tahun lalu.

Kesepakatan tersebut muncul setelah kemarahan global atas serangan kimia oleh rezim Bashar al-Assad di pinggiran Kota Damaskus pada 23 Agustus tahun lalu, yang mungkin telah membunuh sekitar 1.400 orang.

Pengaturan untuk menetralkan zat kimia di laut telah disetujui karena tidak ada negara yang siap untuk menampung operasi pemusnahan bahan kimia itu.

Kapal Denmark pada mulanya menjemput bahan kimia itu dan menyerahkan bahan kimia itu ke pelabuhan Italia bagian selatan, Gioia Tauro, ditengah keamanan yang ketat.

Pentagon mengatakan Cape Ray melakukan pemusnahan itu di perairan internasional di Mediterranean namun tidak akan mengungkapkan rincian lokasi kapal tersebut.

Para pejabat Amerika Serikat bersikeras bahwa operasi tersebut tidak akan menimbulkan resiko serius untuk lingkungan dan langkah pencegahan yang seksama telah dilakukan.

Kapal kargo sepanjang 650 kaki (197,5 meter) memiliki awak kapal 35 warga sipil yang mengoperasikan kapal dan 63 anggota tim di unit hidrolisis, serta tim keamanan.

Mesin hidrolisis mencampur air panas dan bahan kimia lainnya untuk mengubah bahan kimia itu ke bahan beracun yang kurang berbahaya, demikian AFP.
(G003)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014