Makanan yang terlalu mengkilat berkemungkinan mengandung formalin, selain bakso, potensi kandungan formalin ada di buah-buahan yang sudah dipotong...
Bantul (ANTARA News) - Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengimbau masyarakat mewaspadai makanan jajanan untuk berbuka puasa mengandung formalin atau pengawet makanan maupun zat berbahaya lainnya.

"Kami mengimbau masyarakat supaya dalam membeli jajanan jelang buka puasa jeli dan teliti, karena kebanyakan makanan itu merupakan makanan basah yang rentan mengandung formalin maupun rhodamin (zat pewarna)," kata Kepala Bidang Perdagangan Disperindagkop Bantul Sahadi di Bantul, Jumat.

Menurut dia, masyarakat bisa memperhatikan ciri-ciri jajanan mengandung formalin, seperti makanan terlalu mengkilat umumnya pada bakso, roti kukus dengan warna mencolok atau tidak seperti kondisi makanan pada umumnya.

"Makanan yang terlalu mengkilat berkemungkinan mengandung formalin, selain bakso, potensi kandungan formalin ada di buah-buahan yang sudah dipotong, untuk mengetahui kandungan formalin perlu ada uji laboratorim," katanya.

Oleh sebab itu, kata dia, dalam inspeksi jajanan berbuka puasa yang dilakukan bersama Dinas Kesehatan di kawasan Jalan Bantul dan Pasar Imogiri pada Kamis (10/7) sore, pihaknya mengambil beberapa sampel jajanan untuk dilakukan uji di laboratorium.

"Hasil uji laboratorium akan diketahui sekitar tiga sampai empat hari, apabila hasil sampel menunjukkan makanan tersebut positif mengandung bahan berbahaya maka penjual akan didatangi kembali untuk diperingatkan," katanya.

Selain mengambil sampel makanan dari pedagang tiban jelang berbuka puasa di kawasan itu, petugas gabungan tersebut juga menemukan puluhan berbagai produk minuman kemasan dalam kondisi kedaluwarsa dan bungkus rusak masih dijual pedagang.

Terhadap beberapa pedagang yang kedapatan menjual minuman tidak layak edar tersebut, pihaknya langsung memberikan peringatan dan teguran tertulis di tempat berdagangnya tersebut agar tidak menjual ke konsumen.

"Ketika kami tanya mereka alasan menjual minuman itu mereka mengatakan tidak tahu, padahal jelas-jelas dari sisi kemasan yang rusak saja sudah tidak layak jual, kemungkinan mereka sengaja menjual karena merasa eman-eman (sayang)," katanya.

Pewarta: Heri Sidik
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2014