akibat kenaikan signifikan pasca pelaksanaan pemilihan umum presiden (pilpres).
Jakarta (ANTARA News) - Bursa Efek Indonesia (BEI) menilai bahwa terkoreksinya indeks harga saham gabungan (IHSG) pada akhir pekan ini karena aksi ambil untung (profit taking) investor.

"Indeks BEI merah (turun) karena profit taking, itu akibat kenaikan signifikan pasca pelaksanaan pemilihan umum presiden (pilpres). Kemarin, (Kamis, 10/7) indeks BEI mengalami kenaikan sebesar 1,44 persen," ujar Direktur Utama BEI Ito Warsito, di Jakarta, Jumat.

Ia mengemukakan bahwa pergerakan saham dipengaruhi oleh dua faktor yakni fundamental kinerja emiten dan sentimen pasar terkait prospek kinerja emiten ketika kondisi ekonomi sedang kurang bagus.

"Harga saham akan mengikuti fundamentalnya, kalau tidak bagus maka harga sahamnya akan turun. Sementara faktor sentimen pasar merupakan persepsi investor mengenai situasi di Indonesia, misal dalam masa-masa ekonomi kurang baik akan tetap ada emiten yang memiliki kinerja bagus, prospek emiten ke depan juga perlu dilihat," katanya.

Menurut dia, ekonomi Indonesia saat ini masih memiliki tantangan yakni kinerja neraca perdagangan Indonesia yang masih mengalami defisit. Namun, tren neraca perdagangan Indonesia sudah mulai surplus, diharapkan kondisi itu menjadi sentimen positif bagi pasar modal Indonesia.

Di tengah bervariasinya sentimen, Ito Warsito menyarankan sebelum melakukan transaksi agar investor di pasar saham mempelajari terlebih dahulu kinerja dan prospek emiten.

"Harga saham di bursa akan naik turun tergantung sentimen, tetapi sepajang fundamentalnya bagus maka saham akan terus mengalami kenaikan. Buktinya, pada 2009 lalu indeks BEI di level 2.000 poin sementara saat ini di posisi 5.000 poin, secara umum saham-saham sudah naik dua kali lipat. Artinya, investor yang melihat fundamental itu akan untung," ujar Ito warsito. (*)

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014