Pekanbaru (ANTARA News) - Satelit Modis Terra dan Aqua, Selasa sore, mendeteksi kemunculan 45 titik panas (hotspot) di daratan Provinsi Riau yang tersebar di sejumlah wilayah kabupaten/kota.

"Terbanyak masih berada di Kabupaten Rokan Hilir yakni 14 titik yang berada di beberapa wilayah kecamatan," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau, Said Saqlul Amri lewat pesan elektronik yang diterima Antara Selasa malam.

Pusat Data dan Informasi BPBD Riau juga meriliskan, di Kabupaten Bengkalis kembali terdeteksi oleh Satelit Modis terdapat 11 titik panas dan di Pelalawan ada empat titik.

Sementara di Kabupaten Indragiri Hilir dan Kota Dumai masing-masing menurut satelit yang sama terekam ada empat "hotspot".

Untuk di Kabupaten Kampar terekam ada tiga titik panas, dan di Rokan Hulu, Siak serta Indragiri Hulu dan Kabupaten Kepulauan Meranti masing-masing hanya ada satu "hotspot".

Menurut catatan, jumlah titik panas saat ini terbanyak dalam satu pekan terakhir setelah pelaksanaan Pemilihan Umum Presiden 9 Juli 2014 dan saat Ramadhan.

Titik panas merupakan hasil rekaman satelit dari suhu udara di atas 40 derajat Celcius yang patut diduga sebagai peristiwa kebakaran hutan dan lahan.

Sepanjang 2014, di berbagai wilayah kabupaten/kota di Riau telah terjadi peristiwa tersebut, mengakibatkan sedikitnya 25 ribu hektare hutan dan lahan hangus dan menghasilkan asap yang mencemari ruang udara di sebagian wilayah.

Dalam kasus ini, Kepolisian Daerah Riau juga telah berhasil menangkap dan menetapkan sebanyak 183 tersangka diduga melakukan kejahatan kehutanan dan membakar lahan.

Sebanyak 116 tersangka di tangkap saat melakukan aktivitas kejahatan kehutanan pada Januari hingga Maret dan sebanyak 67 lainnya ditetapkan sejak 5 April hingga 10 Juli 2014.

"Untuk jumlah tersangka kemungkinan bisa terus bertambah mengingat hingga saat ini perburuan oleh tim di lapangan masih terus dilakukan," kata Kepala Bidang Humas Polda Riau Ajun Komisaris Besar Guntur Aryo Tejo. (FZR/R021)

Pewarta: Fazar Muhardi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014